Selasa 01 Oct 2019 19:53 WIB

Negara OKI Belajar ke Bio Farma untuk Jaga Kualitas Vaksin

Bio Farma sudah mengeskpor lebih dari 145 negara dan hampir 50 negara OKI.

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Dwi Murdaningsih
Menteri Kesehatan Nila F Moeloek (kedua kanan) berbincang dengan Sekjen Organisasi Kerjasa Islam (OKI) Yousef bin Ahmad Al-Othaimeen (tengah) disaksikan Dubes Palestina untuk Indonesia Zuhair al-Shun (kanan), Sekjen Kemenkes Oscar Primadi (kedua kiri) dan Dirut PT Bio Farma (Persero) Honesti Basyir dalam pembukaan OIC Workshop on Vaccine Cold Chain Management di Kemenkes, Jakarta, Selasa (1/10/2019).
Foto: Antara/Sigid Kurniawan
Menteri Kesehatan Nila F Moeloek (kedua kanan) berbincang dengan Sekjen Organisasi Kerjasa Islam (OKI) Yousef bin Ahmad Al-Othaimeen (tengah) disaksikan Dubes Palestina untuk Indonesia Zuhair al-Shun (kanan), Sekjen Kemenkes Oscar Primadi (kedua kiri) dan Dirut PT Bio Farma (Persero) Honesti Basyir dalam pembukaan OIC Workshop on Vaccine Cold Chain Management di Kemenkes, Jakarta, Selasa (1/10/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Bio Farma menjadi tuan rumah acara Workshop Cold Chain Management System (rantai dingin) untuk negara-negara yang tergabung dalam Organisasi Kerjasama Islam (OKI). Kegiatan ini, diselenggarakan di Bandung pada tanggl 1 - 2 Oktober 2019.

Menurut Direktur Produksi dan Distribusi Kefarmasian Kemenkes, Agusdini Banun, workshop ini digelar tujuannya untuk berbagi keahlian tentang manajemen rantai dingin vaksin. Kedua, memperluas jaringan antara negar-negar OKI.

Baca Juga

Ketiga, sebagai tolak ukur pengelolaan vaksin dinegara-negar OKI, meningkatkan pengetahuan manajemen dingin vaksin, dan melihat mekanisme distribusi vaksin di Indonesia.

"Peserta, kami akan ajak berkunjung ke Bio Farma karena sebagai industri vaksin yang sudah mengekspor," ujar Agusdini kepada wartawan, Selasa (1/10).

Agusdini menjelaskan, workshop kali ini memang difokuskan untuk lebih membahas tentang rantai dingin. "Tema ini diangkat karena kan kita lihat kebutuhan negara OKI," katanya.

Menurut Agusdini, negara-negara OKI seperti Afrika geografisnya sama dengan Indonesia. Mereka, harus mengirim vaksin ke pusat sampai ke pasien yang ada di daerah pinggiran.

"Jadi rantai dingin ini penting di angkat temanya. Besok hari kedua ada best practice beberapa negara akan menyampaikan pengalamannya. Nanti akan di lihat juga bagaimana Bio Farma mengirimkan vaksin dari provinsi sampai puskesemas," paparnya.

Untuk menjaga kualitas vaksin, kata dia, ada infrastruktur yang haris dipenuhi. Misalnya, gudang refrigrator dan hand carry harus portable dari provinsi ke Puskesmas  harus mudah dibawa.

"Jadi terjamin. Indonesia sudah bagus kalau rantai dingin tak dijaga khawatir ada outbreak di negara-negara OKI," katanya.

Workshop ini, kata dia, dihadiri oleh 45 peserta. Dari jumlah tersebut, sebanyak 16 peserta berada dari 16 negara. Sebenarnya, minat negara OKI untuk hadir tinggi ada 22 negara yang ingin hadir tapi anggaran dari IDB belum cair.

"Saudara kita, dari Palestina sebenarnya sudah kami biayai full tapi nggak hadir karena negaranya sedang terkepung nggak bisa keluar," katanya.

Menurut Direktur Utama Bio Farma Honesti Basyir, dari 57 negara OKI hanya 7 yang memiliki pabrik vaksin . Namun, dari jumlah tersebut hanya 2 yang tersertifikasi WHO yakni Senegal dan Bio Farma. Sinegal hanya satu produk dan Bio Farma sudah 15 produk  yang diakui WHO.

"Artinya Bio Farma sudah mengeskpor lebih dari 145 negara dan hampir 50 negara OKI. Jadi bisa dibayangkan yang 50 negara itu harus bisa menghandle vaksinnya," kata Honesti seraya mengatakan, saat mengekspor Bio Farma harus memikirkan bagaimana caranya agar bisa mengekspor vaksin tapi masih tepat dan berkhasiat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement