REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Holding BUMN farmasi Bio Farma Group mencatatkan laba bersih sebesar Rp 380 miliar pada kuartal I 2025. Direktur Utama PT Bio Farma (Persero) Shadiq Akasya mengatakan laba bersih ini menunjukkan sinyal pemulihan perusahaan setelah melewati masa sulit akibat transisi pasca pandemi COVID-19.
Shadiq mengatakan grup perusahaan kini mulai pulih salah satunya berkat pemanfaatan kembali bahan baku menyusul adanya kebijakan baru dari Kementerian Kesehatan Arab Saudi yang mewajibkan vaksinasi COVID-19 bagi jamaah haji tahun ini.
“Puji syukur bahwa itu juga menjadi peluang buat kami dan kami berharap juga untuk berikutnya bisa dilakukan (vaksinasi) juga terhadap jamaah umroh. Karena jemaah haji mungkin hanya sekitar 240 ribu orang per tahun, tapi jamaah umroh ada sekitar 1,8 juta orang per tahun,” tuturnya, dikutip Selasa (13/5/2025).
Shadiq lebih lanjut menuturkan bahwa Bio Farma Group sempat mengalami penurunan kinerja pada 2023 dan 2024 disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk adanya impairment persediaan dan penyesuaian pasca pandemi COVID-19.
Setelah mencatatkan laba selama pandemi COVID-19, mencapai Rp 1,7 triliun pada 2021, dan kemudian menurun menjadi Rp 260 miliar pada 2022. Perusahaan mengalami kerugian sebesar Rp 2,04 triliun pada 2023 dan Rp 1,16 triliun (unaudited) pada 2024.
“Kondisi-kondisi ini memang di masing-masing kejadian pada saat COVID dengan adanya peralihan, kemudian pemulihan pada saat setelah COVID itu ada beberapa yang menjadi beban-beban perusahaan,” ujar dia.
Sementara itu, Earnings Before Interest, Taxes, Depreciation, and Amortization (EBITDA) minus Rp 0,47 triliun pada 2023 dan minus Rp 0,19 triliun pada 2024, menjadi positif Rp 730 miliar pada kuartal I 2025.
Bio Farma Group merupakan holding BUMN farmasi dan saat ini terdiri dari PT Bio Farma (Persero) sebagai induk perusahaan, PT Kimia Farma Tbk, PT Indofarma Tbk, dan PT Industri Nuklir Indonesia (INUKI).