Senin 09 Sep 2019 11:48 WIB

Pertumbuhan Ekonomi Jepang Melambat di Kuartal Kedua

Perekonomian Jepang tumbuh 1,3 persen secara tahunan pada periode April hingga Juni.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Friska Yolanda
Pekerja berjalan melewati televisi raksasa yang menunjukkan pergerakan saham di sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo, Jepang, Jumat (6/9). Pertumbuhan ekonomi Jepang melambat dari yang diperkirakan pada kuartal kedua.
Foto: AP Photo/Koji Sasahara
Pekerja berjalan melewati televisi raksasa yang menunjukkan pergerakan saham di sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo, Jepang, Jumat (6/9). Pertumbuhan ekonomi Jepang melambat dari yang diperkirakan pada kuartal kedua.

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Pertumbuhan ekonomi Jepang melambat dari yang diperkirakan pada kuartal kedua, menurut data yang dikeluarkan Kantor Kabinet, Senin (9/9). Penyebabnya, perang dagang Amerika Serikat (AS) dengan Cina yang mendorong kinerja dunia bisnis ikut menurun.

Kondisi ini semakin mengintensifkan permintaan kepada Bank Jepang (Bank of Japan/ BOJ) untuk segera memperdalam stimulus pada bulan ini. 

Baca Juga

Perekonomian Jepang tumbuh 1,3 persen secara tahunan pada periode April hingga Juni. Nilai tersebut lebih rendah dibanding dengan prediksi pemerintah saat awal tahun, yakni 1,8 persen.

Sementara itu, secara kuartal, pertumbuhan kuartal kedua tumbuh 0,3 persen dibanding dengan kuartal pertama (periode Januari hingga Maret). Pencapaian ini juga lebih rendah dibandng dengan proyeksi awal, 0,4 persen.

Perlambatan ekonomi Jepang tidak sampai situ. Kepala Ekonom di Totan Research, Izuru Kato menjelaskan, pertumbuhan ekonomi pada kuartal kedua dapat tertopang konsumsi rumah tangga. Mereka melakukan frontloading atau membeli produk-produk yang mereka butuhkan sebelum pajak penjualan dinaikkan menjadi 10 persen pada bulan depan.  

Kato memprediksi, kemungkinan pertumbuhan tersebut akan berubah menjadi negatif pada kuartal ketiga. Sebab, konsumsi rumah tangga akan menurun setelah pemerintah menaikan pajak penjualan. 

"Pada kuartal Juli-September, permintaan konsumen tidak akan sekuat sebelumnya," ucapnya.

Salah satu poin yang diperhatikan dalam perlambatan ekonomi Jepang adalah belanja modal yang hanya naik 0,2 persen dari kuartal sebelumnya. Pertumbuhan ini jauh lebih rendah dibanding dengan kenaikan di kuartal sebelumnya, yakni 1,5 persen.

Ekonom senior di Oxford Economcis, Stefan Angrick, mengatakan perlambatan pertumbuhan belanja modal itu disebabkan produsen mengurangi belanja pada kuartal ini. Khususnya di tengah eskalasi perang dagang AS dengan Cina yang semakin meningkat. "Pertumbuhan investasi non-manufaktur, terutama di perangkat lunak, yang kuat itu tidak sepenuhnya cukup mengimbangi kontraksi pengeluaran produsen," ucapnya.

Tidak hanya belanja modal, ekspor net (ekspor dikurangi impor) juga patut menjadi perhatian. Sebab, nilainya mengurangi 0,3 poin persentase dari pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB), menandakan ekonomi Jepang sedang merasakan dampak dari perlambatan pertumbuhan global.

Ekspor Jepang tergelincir untuk ke delapan kalinya sejak Juli. Penyebabnya, penurunan pengiriman suku cadang mobil dan peralatan produksi semikonduktor ke Cina. Kondisi ini diperparah dengan kepercayaan manufaktur yang berubah negatif untuk pertama kalinya sejak 2013.

Di tengah kondisi ekonomi Jepang saat ini, Gubernur BOJ Haruhiko Kuroda telah menyampaikan kemungkinan memangkas suku bunga lebih jauh. Pada pekan lalu, ia menyebutkan bahwa langkah tersebut sudah menjadi salah saut opsi kebijakan bank.

Spekulasi berkembang, BOJ akan melonggarkan kebijakan pada bulan ini untuk mencegah pelemahan Yen. Prospek ini semakin besar apabila Federal Reserve AS dan Bank Sentral Eropa mengungkapkan langkah-langkah pelonggaran baru.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement