Kamis 22 Aug 2019 19:16 WIB

Penurunan Suku Bunga Bentuk Stimulan PE di Atas 5 Persen

Langkah BI tersebut diyakini akan berdampak positif bagi sektor keuangan.

Rep: Novita Intan/ Red: Friska Yolanda
Bank Indonesia menyelenggarakan konferensi pers suku bunga acuan di Gedung Bank Indonesia, Jakarta, Kamis (22/8).
Foto: Republika/Novita Intan
Bank Indonesia menyelenggarakan konferensi pers suku bunga acuan di Gedung Bank Indonesia, Jakarta, Kamis (22/8).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Bank Indonesia memutuskan menurunkan BI 7-day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 bps menjadi 5,5 persen. Suku bunga Deposit Facility sebesar 25 bps menjadi sebesar 4,75 persen, dan suku bunga Lending Facility sebesar 25 bps menjadi 6,25 persen.

Menurut Kepala Ekonom PT Bak Negara Indonesia (Persero) Tbk Ryan Kiryanto keputusan pemangkasan kembali suku bunga merupakan langkah strategis dan taktis dengan timing atau pilihan waktu yang tepat. Hal ini sesuai dengan semangat Bank Indonesai untuk selalu berusaha pre-emptive actions atau ahead the market

Baca Juga

“Langkah BI tersebut diyakini akan berdampak positif bagi sektor keuangan perbankan dan sektor riil, sehingga mampu menjadi stimulan untuk mengakselerasi pertumbuhan ekonomi di atas lima persen pada tahun ini,” ujarnya kepada Republika.co.id di Jakarta, Kamis (22/8).

Bank Indonesia mempertimbangkan tiga alasan pemangkasan suku bunga auan antara lain pertama ekspektasi inflasi yang rendah berkisar 3,3 persen. Kedua posisi yield surat utang domestik yang masih kompetitif atau atraktif dan terakhir perlunya kebijakan moneter dan makroprudensial yang akomodatif untuk mendorong momentum pertumbuhan ekonomi melalui jalur perbankan.

“Ketiga alasan tersebut wajar dan dapat diterima dengan baik oleh pelaku pasar,” ucapnya.

Ke depan, pelaku pasar keuangan menanti kebijakan fiskal yang juga akomodatif melalui serapan anggaran yang lebih agresif untuk menguatkan kebijakan moneter Bank Indonesia yang sudah akomodatif sejauh ini.

“Sinyal yang diberikan BI adalah ke depan semua pihak harus terus mewaspadai perkembangan ekonomi global yang terindikasi melambat, sehingga BI merasa perlu menjaga ketahanan atau resiliensi ekonomi domestik melalui penetapan suku bunga acuan yang akomodatif (dovish),” ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement