REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS mengalami pelemahan pada perdangan hari ini. Pengamat menilai, pergerakan rupiah terjadi dipengaruhi kekhawatiran pasar terhadap kebijakan tarif Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang diprediksi menahan ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fedz
Mengutip Bloomberg, rupiah melemah 43,50 poin atau 0,27 persen menuju Rp 16.452 per dolar AS pada penutupan perdagangan Rabu (12/3/2025). Pada perdagangan sebelumnya, rupiah berada di level Rp 16.408 per dolar AS.
"Para pedagang bersiap untuk data indeks harga konsumen utama, yang akan memberikan lebih banyak petunjuk tentang ekonomi dan dapat memberikan wawasan tentang keputusan suku bunga Federal Reserve di masa mendatang. Pasar khawatir agenda tarif Trump akan mendukung inflasi dan mencegah Federal Reserve memangkas suku bunga segera, dengan pembacaan hari Rabu diharapkan akan memperkuat gagasan ini," kata Pengamat Mata Uang Ibrahim Assuaibi dalam keterangannya, Rabu (12/3/2025).
Ibrahim mengatakan, Pejabat Fed telah mengindikasikan pemotongan suku bunga jangka pendek tidak mungkin terjadi, menekankan kewaspadaan atas risiko inflasi. Terutama mengingat kebijakan tarif baru-baru ini. Fed diketahui dijadwalkan bertemu pada 18-19 Maret 2025 untuk memutuskan kebijakan suku bunganya.
"Pasar khawatir agenda tarif Trump akan mendukung inflasi setelah tarif baja dan aluminium Trump sebesar 25 persen mulai berlaku pada hari Rabu, yang meningkatkan ketegangan perdagangan global. Langkah ini memengaruhi berbagai macam produk, mulai dari komponen mesin industri hingga barang sehari-hari seperti kaleng soda," jelasnya.
Sebelum pemberlakuan, Trump sempat mengusulkan peningkatan tarif impor baja dan aluminium Kanada menjadi 50 persen. Eskalasi tersebut merupakan reaksi terhadap pembatasan perdagangan baru Ontario.
Namun, setelah diskusi antara Perdana Menteri Ontario Doug Ford dan Menteri Perdagangan AS Howard Lutnick, Ontario setuju untuk menangguhkan biaya tambahan sebesar 25 persen atas ekspor listrik ke AS. Akibatnya, pemerintahan Trump membatalkan usulan kenaikan tarif sebesar 50 persen, dan mempertahankan tarif yang berlaku saat ini sebesar 25 persen.
Sentimen dalam negeri
Sementara itu, dari dalam negeri, Ibrahim mengatakan, fluktuasi rupiah pada hari ini terjadi seiring dengan rilis data pemeringkat internasional, Fitch Ratings untuk Indonesia.
"Pada awal Februari, pemeringkat internasional, Fitch Ratings mempertahankan peringkat kredit ‘BBB’ untuk Indonesia. Hal ini menunjukkan kondisi ekonomi Indonesia cenderung stabil dengan terjaganya rasio utang pemerintah," kata Ibrahim.
Ibrahim menyebut, mempertahankan outlook stabil mencerminkan keyakinan Fitch Indonesia diprediksi tetap mampu menjaga stabilitas makro ekonomi dengan memelihara prospek pertumbuhan ekonominya.
"Meski defisit fiskal diproyeksikan sedikit meningkat ke 2,5 persen dari PDB pada tahun ini, Fitch menganggap bahwa pemerintah tetap berkomitmen untuk meningkatkan mobilisasi pendapatan sekaligus melaksanakan efisiensi pengeluaran sehingga diperkirakan akan menurun secara moderat dari 40,4 persen terhadap PDB pada 2025 menjadi 39,1 persen terhadap PDB pada 2028," jelasnya.
Diketahui, Fitch menilai bahwa prospek pertumbuhan Indonesia dalam jangka menengah masih tinggi, didukung oleh stabilitas ekonomi dan permintaan domestik yang masih baik. Kendati demikian, digarisbawahi terdapat tantangan untuk mengoptimalkan pendapatan negara. Lembaga yang berbasis di New York dan London itu memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan sebesar 5 persen pada 2025, didukung oleh konsumsi domestik yang kuat.
"Hanya saja, Indonesia diperkirakan akan menghadapi tantangan pertumbuhan pada tahun 2026 sebagai akibat dinamika eksternal yang terjadi seperti penurunan permintaan impor dari China dan kebijakan tarif impor tinggi yang diberlakukan Amerika Serikat," tuturnya.
Fitch turut menyoroti pembentuk Badan Pengelola Investasi Danantara. Disebutkan, pemerintah perlu mencermati potensi risiko kewajiban kontijensi yang mungkin timbul akibat pembentukan Danantara. Fitch menilai terdapat potensi peningkatan peringkat kredit Indonesia di masa depan apabila pemerintah dapat meningkatkan rasio pendapatan secara signifikan dan mengurangi kerentanan eksternal.
"(Diprediksi) untuk perdagangan besok (Kamis, 13 Maret 2025), mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp 16.440-Rp 16.500 per dolar AS," tutup Ibrahim.
Advertisement