Rabu 14 Aug 2019 16:55 WIB

Harga Cabai Tembus Rp 120 Ribu Per Kg

Di sejumlah pasar induk harga cabai berbeda signifikan dibanding tingkat eceran

Rep: Imas Damayanti/ Red: Nidia Zuraya
Pedagang cabai melayani pembeli di Pasar Cibinong, Bogor, Jawa Barat, Jumat (9/8/2019).
Foto: Antara/Yulius Satria Wijaya
Pedagang cabai melayani pembeli di Pasar Cibinong, Bogor, Jawa Barat, Jumat (9/8/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi) menyatakan, hingga saat ini harga cabai masih berada di posisi tinggi berkisar Rp 95 ribu-Rp 120 ribu per kilogram (kg). Harga tinggi tersebut bertahan di tingkat eceran sejak beberapa waktu lalu.

Ketua Umum Ikappi Abdullah Manshuri menilai, harga cabai belum beranjak turun sebab pasokan belum stabil. Di sisi lain dia menyampaikan, harusnya harga cabai pasca-Idul Adha dapat beranjak turun mengingat tingkat kebutuhan konsumsi usai momentum Idul Adha juga menurun.

Baca Juga

“Artinya memang, hingga saat ini pasar belum dapat suplai yang memadai. Makanya harga di eceran itu bisa sampai Rp 120 ribu per kg,” ujar Abdullah saat dihubungi Republika, Rabu (14/8).

Kendati demikian dia menilai, di sejumlah pasar induk harga cabai berbeda signifikan dibanding tingkat eceran. Misalnya, dia mencontohkan, harga cabai di umumnya pasar induk berada di kisaran harga Rp 80 ribu-Rp 95 ribu per kg. Harga tersebut mengalami perbedaan di eceran sebab ada penyusutan bobot dan akumulasi perhitungan kerusakan produk.

Berdasarkan catatan Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) Nasional, harga cabai rawit hijau pada 14 Agustus 2019 rerata nasional di level Rp 63 ribu per kg, sedangkan harga cabai rawit merah di level Rp 82.450 per kg. Salah satu konsumen cabai asal Cibubur, Saanih menyebutkan, harga cabai di Pasar Cibubur saat ini sudah menyentuh Rp 115 ribu per kg.

“(Harga) cabai mahal, lagi tinggi lagi,” ujar Saanih.

Direktur Jenderal Tanaman Hortikultura Kementerian Pertanian (Kementan) Prihasto Setyanto mengungkapkan, saat ini panen di sejumlah wilayah sudah mulai berlangsung meski belum signifikan. Panen tersebut antara lain berada di wilayah Blitar, Kediri, Kulon Progo, dan Sleman.

Ditargetkan, panen dalam jumlah besar akan berlangsung pada September-Oktober mendatang. “Sekarang petani sudah mulai tanam lagi, September-Oktober lah sudah panen besar,” ujarnya.

Menurut dia, harga cabai di pasar induk memang masih tinggi yakni di level Rp 70 ribu-an per kg. Kendati demikian berdasarkan sejumlah informasi yang ia terima, terdapat sejumlah pasar induk yang sudah menjual harga cabai berkisar Rp 63 ribu-Rp 65 ribu per kg di Idul Adha.

Terkait dengan rencana pemerintah membangun cold storage cabai, Kementan sejauh ini belum dapat membuka secara detail wacana tersebut, terutama terkait dengan anggaran yang disusun. Misalnya, kata dia, pihaknya perlu mendiskusikan lebih lanjut wacana itu bersama dengan sejumlah elemen terkait.

Hanya saja, menurutnya, akan ada kemungkinan pembangunan cold storage yang dibiayai oleh sektor swasta. Dia juga memastikan bahwa biaya perawatan cold storage apabila terealisasi menjadi salah satu yang dibahas.

Pembahasan tersebut salah satunya perhitungan mengenai biaya perwatan dengan harga jual cabai yang telah disimpan. Kendati begitu berdasarkan perhitungannya, cabai yang disimpan dalam cold storage dalam kurun waktu enam bulan masih memiliki daya jual yang kompetitif.

“Kalau biaya CAS (chemical abstracts services) cabai itu Rp 1.000 per bulan, maka kalau 6 bulan cuma Rp 6.000. Katakanlah itu disimpan 6 bulan, dan ada susut bobot 30 persen, cabainya masih bisa dijual Rp 14 ribu-Rp 15 ribu per kg,” ujarnya.

Kendati demikian, kata dia, pemerintah masih akan terus menggodok formulasi pembiayaan dan anggaran yang tersedia untuk pembangunan cold storage. Sehingga ke depannya, sistem buffer stock cabai tersebut dapat terealisasi secara baik.

Dia juga menekankan, pihaknya akan menggencarkan program pola tanam untuk mengatur pola produksi cabai guna meredam gejolak harga.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement