REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, berharap aliran modal asing yang masuk ke Indonesia dapat lebih tahan lama bahkan bersifat permanen. Harapan itu seiring dengan adanya sinyal situasi perang dagang antara Amerika Serikat dan Cina yang bisa mereda.
Sri mengatakan, dalam pertemuan G20 di Osaka, Jepang beberapa waktu lalu, Presiden AS Donald Trump dan Presiden Cina, Xi Jinping membuka kembali perundingan untuk mencapai kesepakatan dalam perjanjian perdagangan. Hal itu, dinilai memberikan sedikit ketenangan terhadap pasar keuangan global, termasuk Indonesia.
"Kita berharap capital inflow akan masuk ke Indonesia secara permanen. Ekonomi Indonesia dari sisi kebijakan makro, fiskal dan moneter yang prudent akan memberikan daya tarik untuk mendapatkan inflow," kata Sri kepada wartawan di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (4/7).
Pihaknya mengakui, pemerintah tidak dapat memprediksi seberapa besar aliran modal asing yang bakal masuk ke Indonesia melalui pasar Surat Berharga Negara (SBN) maupun portofolio saham di pasar modal. Namun, yang bisa dilakukan yakni menjaga stabilitas perekonomian domestik agar investor yang menanamkan modalnya tidak menarik uangnya dari Indonesia.
Berdasarkan laporan terakhir Bank Indonesia, jumlah capital inflow yang masuk sejak Januari 2019 hingga akhir Juni lalu mencapai Rp 154 triliun. Jumlah itu meningkat dengan dibanding jumlah capital inflow per akhir Mei 2019 yang sebesar Rp 112,98 triliun.
Pada semester kedua tahun ini, pemerintah berharap penuh dinamika perekonomian domestik tetap positif. Baik dari sisi konsumsi masyarakat, investasi, impor dan ekspor hingga berbagai sentimen-sentimen yang mendukung terciptanya stabilitas dalam negeri.
"Kita juga akan melihat dinamika dari sisi pendapatan dan belanja negara. Kita terus memantau seluruh asumsi-asumsi dalam APBN," ujar dia.