REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden AS Donald Trump yang kembali mengancam memberlakukan kenaikan tarif pada Cina pada pekan ini. Perjanjian dagang antara AS-Cina yang sudah berlangsung sejak pertengahan Februari lalu dinilai Presiden AS Trump sebagai kemajuan yang sangat lambat. Ia kembali mengancam Cina untuk memberlakukan tarif impor terhadap barang-barang impor dari Cina senilai 200 miliar dolar AS.
Langkah ini menandai peningkatan besar dalam ketegangan antara ekonomi terbesar di dunia. Pasar saham merosot dan harga minyak jatuh karena negosiasi ini diliputi keraguan.
The Wall Street Journal melaporkan pada Ahad malam bahwa Cina sedang mempertimbangkan membatalkan pembicaraan perdagangan pekan ini di Washington sehubungan dengan komentar Trump, yang mengejutkan para pejabat Cina. Pejabat AS mengatakan belum dapat mengkonfirmasi kehadiran Cina dalam negosiasi.
Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin menggambarkan negosiasi pekan lalu di Beijing sebagai pertemuan produktif. Tetapi pembaruan yang kurang cerah dari Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer, termasuk perincian bahwa Cina menarik kembali dari beberapa komitmen yang dibuat sebelumnya, mendorong keputusan Trump.
“Kesepakatan Perdagangan dengan Cina berlanjut, tetapi terlalu lambat, karena mereka berusaha untuk menegosiasikan kembali. Tidak! ” kata Trump dalam cicitannya.
Pasar keuangan global, yang sebagian besar telah memperkirakan ekspektasi kesepakatan perdagangan, mengalami kejatuhan. Ekuitas berjangka AS jatuh lebih dari 2 persen dan saham di seluruh Asia yang bergantung pada perdagangan anjlok, dengan indeks utama Cina anjlok 4 persen.
Trump mengatakan tarif 200 miliar dolar AS barang akan meningkat menjadi 25 persen pada Jumat dari 10 persen. Ini membalikkan keputusan yang dia buat pada Februari untuk mempertahankannya pada tingkat 10 persen setelah kemajuan antara kedua belah pihak.
Presiden juga mengatakan bahwa dia akan menargetkan 325 miliar dolar AS barang Cina dengan harga 25 persen lebih tinggi dengan tarif 25 persen tak lama lagi. Pada dasarnya, Trump menargetkan tarif pada semua produk yang diimpor ke AS dari Cina.
Tarif barang-barang Cina sebenarnya dibayarkan ke AS oleh perusahaan-perusahaan yang mengimpor barang-barang itu. Sebagian besar perusahaan tersebut berbasis di AS. Bisnis AS, meskipun sebagian besar mendukung tindakan keras Trump terhadap praktik perdagangan Cina, berkeinginan agar tarif dihapus, bukan diperluas.