REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Untuk memacu pertumbuhan ekonomi pada pemerintahan yang baru, Lembaga Riset Morgan Stanley menilai pemerintah Indonesia terpilih kedepan perlu melanjutkan reformasi struktural. Tim Ekonom Morgan Stanley Asia Ltd melalui hasil risetnya menilai Reformasi struktural 2.0 perlu dilakukan untuk melanjutkan reformasi pada periode pemerintahan sebelumnya oleh Presiden Joko Widodo.
Ekonom Morgan Stanley Asia Ltd Deyi Tan mengatakan ada empat langkah untuk bisa melanjutkan reformasi ini. Pertama, meningkatkan produktivitas dan daya saing di sektor non-komoditas. Tujuannya, mendiversifikasi mesin pertumbuhan ekonomi dan mengantisipasi harga komoditas yang melemah.
"Daya saing yang lebih tinggi di sektor non-komoditas dapat meningkatkan potensi pertumbuhan. Pada saat yang sama, ini dapat meningkatkan kapasitas ekspor dan mengurangi kebutuhan impor," ujar Deyi Tan, Jumat (19/4).
Kedua, Morgan Stanley mengimbau agar pemerintah juga memastikan pendanaan benar-benar diarahkan pada sektor produktif seperti infrastruktur dan pendidikan. Ini juga dinilai sebagai upaya melepaskan ketergantungan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada komoditas sumber daya alam.
Ketiga, pemerintah disarankan untuk mengevaluasi kebijakan yang daya saing tenaga kerja Indonesia. Hal ini agar pertumbuhan upah konsisten dengan peningkatan produktivitas, serta membantu perusahaan menjaga labanya.
Terakhir, pemerintah harus berupaya meningkatkan lanskap investasi untuk menarik lebih banyak arus masuk investasi asing secara langsung (foreign direct investment).
"Sebab, itu akan membantu Indonesia meningkatkan potensi pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kapasitas ekspor dan mengurangi ketergantungan pada impor begitu kapasitas FDI mulai beroperasi," ujar Deyi.