REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) mentargetkan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Lontar dengan kapasitas 1x315 MW akan beroperasi pada kuartal tiga tahun ini. Saat ini, proyek ini baru saja menyelesaikan pelaksanaan Boiler Hydrotest.
Direktur Regional PLN Jawa Bagian Barat, Haryanto WS menjelaskan Proyek ini mulai dikerjakan pada April 2016. PLTU Lontar Ext merupakan bagian dari program percepatan pembangunan pembangkit listrik yang menggunakan teknologi terbaru yakni super critical dengan batubara low rank coal.
Proyek ini merupakan bagian dari program strategis pemerintah 35 ribu MW. Program ini untuk menambah kapasitas pusat pembangkit energi listrik dan dayanya akan dievakuasi melalui sistem transmisi 150 kV (Lontar-Tangerang Baru-Teluk Naga & Lontar-Balaraja) sehingga bisa didistribusikan kepada pelanggan di daerah Banten, DKI Jakarta dan sekitarnya.
"Targetnya akan beroperasi pada September ini. Pembangunan PLTU Lontar ini berfungsi untuk mendukung pertumbuhan ekonomi di regional DKI Jakarta dan Banten, serta meningkatkan kapasitas dan keandalan pada sistem Jawa Bagian Barat," ujar Haryanto, Jumat (29/3).
Haryanto menjelaskan dengan beroperasinya PLTU Lontar ekstension dapat menghemat Rp 1,4 triliun per tahun dan akan menurunkan Biaya pokok produksi (BPP) PLN. Pada akhir tahun ini, masyarakat Banten, Jakarta dan sekitarnya dapat menikmati suplai listrik yang bersumber dari PLTU Lontar Ext.
"Jumlah tenaga kerja ini akan terus meningkat di tahun 2019 sejalan dengan pencapaian progressnya, hal ini tentu memberikan dampak positif secara langsung untuk wilayah Banten dan sekitar," kata Haryanto.