REPUBLIKA.CO.ID, GARUT -- Tingkat kemiskinan masyarakat Kabupaten Garut mengalami penurunan. Jika pada 2017 angka kemiskinan di Kabupaten Garut mencapai 11,28 persen, pada 2018 angka itu menurun 2 persen menjadi 9,28 persen.
Bupati Rudy Gunawan mengatakan, penurunan tingkat kemiskinan di wilayahnya itu merupakan dampak dari bantuan pertanian yang selama ini digagas pemerintah. Menurut dia, saat ini produksi jagung di Garut sudah mencapai 500 ribu ton per tahun.
"(Sektor) pertanian kita semakin hari semakin maju. Program bantuan Kementan (Kementerian Pertanian) di Garut sudah lebih dari Rp 1,5 triliun. Salah satu dampaknya, angka kemiskinan turun," kata dia saat menerima bantuan Kementan di Kabupaten Garut, Kamis (21/3).
Ia juga mengapresiasi kinerja ekspor pangan yang dicapai selama pemerintahan. Menurut dia, ekspor merupakan bukti dari dampak inovasi pertanian berjalan dengan baik. Rudy berharap, Kementan terus memberikan pendampingan, khususnya bagi para petani di Garut, sehingga pasar ekspor dapat terus digalakkan.
Ia mengatakan, total bantuan yang diterima Kementan sebesar Rp 53,9 miliar. Rudy berharap perhatian besar pemerintah dalam bentuk alat mesin pertanian (alsintan), benih, domba, serta ayam, itu dapat menjadikan pemicu semangat bagi petani di wilayah Garut.
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman mengatakan, penurunan tingkat kemiskinan di Garut merupakan bukti berjalannya program pemerintah, baik pusat maupun daerah, dengan baik. Ia menargetkan, ke depan, melalui sektor pertanian, tingkat kemiskinan di Kabupaten Garut kembali menurun.
"Kita berikan bantuan ayam 630 ribu ekor, kemudian ada bantuan bibit kopi 220 ribu, khusus untuk rakyat Garut yang hidup di bawah kemiskinan," kata dia.
Ia berharap, melalui bantuan itu, pemerintah bisa menekan angka kemiskinan di Kabupaten Garut. Bahkan, ia ingin angka kemiskinan Garut turun sebesar 5 persen.
Amran berjanji, pihaknya juga akan menggenjot produksi pertanian agar bisa diekspor. Menurut dia, khusus di Jawa Barat, beberapa produk yang digenjot antara lain jagung, kentang, domba, kambing, bawang merah, telur ayam, ayam, dan kacang hijau.
"Kita juga sudah melakukan pelatihan, semua generasi muda kita dampingi," kata dia.
Selain itu, Amran juga menyerahkan aplikasi I-MACE (Indonesian Maps of Agricultural Commodities Export). Menurut dia, aplikasi itu bisa dimanfaatkan untuk mendata lalu lintas ekspor pertanian secara real time di Jawa Barat.
"Harapannya, ini dapat digunakan pemerintah saerah sebagai landasan kebijakan pengembangan komoditas unggulan. Ini program nyata untuk mendongkrak ekspor di seluruh Indonesia, termasuk dari kontributor ekspor terbesar, Provinsi Jawa Barat,” kata dia.