REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memperkirakan pertumbuhan Industri Keuangan Non Bank (IKNB) pada tahun ini cukup mengkhawatirkan. Salah satu disebabkan gejolak ekonomi global yang diprediksi akan mengalami perlambatan, sehingga berdampak pada perekonomian Indonesia.
Deputi Komisioner Pengawasan IKNB OJK Moch Ihsanuddin mengatakan perekonomian global masih belum terlihat pemulihannya secara signifikan. Apalagi pada April mendatang Indonesia akan menghadapi pesta demokrasi, sehingga akan terjadi perlambatan sementara.
“Tahun ini meskipun ada optimis sedikit, tapi memang kita masih ada kekhawatiran bukan berarti Pilpres atau Pilkada meski ada banyak pelaku usaha dagdigdug. Perlambatan ekonomi global yang pulihnya belum terlihat, berdampak turunnya harga komoditas, yang berkaitan dengan IKNB yang membiaya alat berat juga menurun, properti turun, otomotif turun,” ujarnya saat acara ‘Seminar Nasional Prospek Bisnis IKNB 2019’ di Hotel JW Marriott, Selasa (12/3).
Menurutnya tantangan industri IKNB juga dipengaruhi defisit transaksi berjalan atau Current Account Deficit (CAD) yang diperkirakan cukup besar. Mengingat CAD sangat berpengaruh pada industri jasa keuangan terutama pada pembiayaan sektor prioritas seperti kegiatan ekspor, pariwisata dan sektor perumahan.
“CAD tapi yang cocok jawab ini dari otoritas fiskal ya. OJK hanya bersama-sama mendiskusikan terhadap permasalahan tersebut,” ucapnya.
Kendati demikian, OJK optimistis pertumbuhan IKNB cukup baik ditopang oleh fundamental ekonomi domestik yang masih terjaga, fundamental kinerja emiten yang relatif stabil, serta didukung oleh berbagai kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah, OJK dan Bank Indonesia.
Sementara Kepala Departemen Pengawasan IKNB 2A OJK Ahmad Nasrullah menambahkan ada lima peluanga dan tantangan IKNB di Indonesia. Pertama, rendahnya tingkat penetrasi asuransi di Indonesia.
Kedua, SDM di IKNB. Ketiga, rendahnya tingkat kepercaaan masyarakat terhadap produk IKNB.
“Keempat pendanaan industri dana pensiun dan terakhir inovasi industri jasa keuangan dalam menghadapi revolusi industri 4.0,” ungkapnya.