REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) memprioritaskan pengembangan industri kimia dalam negeri. Hal ini dilakukan agar semakin berdaya saing di kancah global. Salah satu upayanya melalui penyiapan sumber daya manusia yang kompeten sesuai kebutuhan dunia kerja saat ini.
“Langkah strategis tersebut sesuai dengan implementasi peta jalan Making Indonesia 4.0. Apalagi, industri kimia merupakan satu dari lima sektor yang akan menjadi pioner dalam penerapan industri 4.0 di Tanah Air,” kata Sekretaris Jenderal Kemenperin Haris Munandar dalam keterangan resmi kepada Republika.co.id, Selasa (12/3).
Haris menyampaikan hal itu pada acara penandatanganan Perjanjian Kerja Sama (PKS) antara Kemenperin dengan Asosiasi dan Industri Petrokimia tentang pembangunan dan penyelenggaraan Politeknik industri petrokimia di Banten.
PKS ini diteken Sekjen Kemenperin dengan 14 pihak yang mewakili asosiasi dan industri petrokimia. Ke-14 stakeholder tersebut di antaranya Federasi Industri Kimia Indonesia, INAPLAS, PT Chandra Asri Petrochemical, PT Lotte Chemical Titan Nusantara, PT Nippon Shokubai Indonesia, PT Mitsubishi Chemical Indonesia, PT Polytama Propindo, dan PT Asahimas Chemical.
Haris menegaskan, Kemenperin bertekad mendorong penumbuhan industri petrokimia melalui peningkatkan investasi. Sehingga dapat mensubstitusi produk impor dan memacu nilai ekspor.
"Sasaran ini perlu ditopang penyiapan para tenaga kerja industri yang kompeten agar lebih produktif dan inovatif," ujarnya.
Nantinya pembangunan Politeknik Industri Petrokimia ini akan berdiri di atas lahan seluas dua hektare yang telah dihibahkan PT Chandra Asri di Serang, Banten.
Haris menyampaikan, politeknik ini merupakan milik bersama demi kemajuan industri petrokimia di Indonesia. Penyelenggaraan politeknik ini harus dilakukan secara bersama-sama antara Kemenperin dengan industri, mulai dari penyusunan kurikulum, rekrutmen calon mahasiswa, penyelenggaraan pendidikan, praktik kerja di Industri, hingga penempatan kerja lulusan pada perusahaan industry.
Dia mengatakan, tiga program studi jenjang D3 yang akan dijalankan, sesuai kompetensi yang dibutuhkan saat ini. Program studi itu, teknologi proses industri petrokimia, teknologi mesin industri petrokimia, dan teknologi instrumentasi industri petrokimia.
Politeknik Industri Petrokimia akan dilengkapi dengan workshop dan laboratorium serta teaching factorydengan mesin dan peralatan yang sesuai dengan kondisi di Industri.
Dengan begitu, pada saat praktik kerja di Industri, mahasiswa telah memiliki bekal pengetahuan dan keterampilan yang cukup dan lulusan yang dihasilkan benar-benar siap kerja.
Industri petrokimia turut memberikan kontribusi signifikan bagi perekonomian nasional. Kemenperin mencatat pada 2018, investasi di sektor industri kimia dan farmasi mencapai Rp 39,31 triliun. Selain itu, kelompok industri bahan kimia dan barang dari bahan kimia menorehkan nilai ekspor sebesar 13,93 miliar dolar AS. Rizky Suryarandika