Rabu 06 Mar 2019 17:16 WIB

Kementan Terapkan Pola Tanam Off Season Bawang Merah

Pola tanam ini solusi untuk mengisi kebutuhan nasional saat pasokan berkurang.

Red: EH Ismail
Tanaman bawang merah di Pamekasan, Jawa Timur.
Foto: Humas Kementan.
Tanaman bawang merah di Pamekasan, Jawa Timur.

REPUBLIKA.CO.ID, PAMEKASAN -- Kementerian Pertanian (Kementan) terus berupaya menjaga stabilisasi pasokan bawang merah melalui manajemen tanam. Direktur Jenderal Hortikultura Kementan Suwandi pun terus mengingatkan 10 jurus menjaga stabilisasi cabai dan bawang merah.

Menurut Suwandi, salah satu cara ampuh agar pasokan terus merata sepanjang waktu yaitu dengan mendorong perluasan tanam di daerah-daerah yang bisa tanam di luar musim. Selanjutnya, diharapkan muncul sentra-sentra pertanaman off season sebagai penyangga pasokan di luar musim tanam.

“Salah satu sentra pertanaman off-season bawang adalah Pamekasan ,” kata Suwandi.

Selain perluasan tanam, Suwandi juga menekankan pentingnya menggunakan benih unggul dan mengikuti aturan pola tanam antarwaktu antarwilayah. Penggunaan pupuk organik dan pestisida buatan sendiri juga dinilai lebih efisien.

Direktur Sayuran dan Tanaman Obat pada Direktorat Jenderal Hortikultura Kementan Mohammad Ismail Wahab mengaku takjub saat melihat hamparan 600 hektare bawang merah di Desa Bangsereh, Kecamatan Batumarmar, Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur.

“Luar biasa. Saat intensitas hujan tinggi seperti sekarang ini, sebagian besar sentra bawang merah mengurangi luas tanamnya. Berbeda dengan Pamekasan yang justru puncak tanam bawang merah,” kata Ismail.

Ismail pun memuji pola tanam yang dikembangkan di Pamekasan. “Ini yang disebut tanam di luar musim atau off season. Pola tanam ini solusi untuk mengisi kebutuhan nasional saat pasokan berkurang. Jadi, simpanan, istilahnya.”

Menurut dia, hasil panen bawang merah varietas Manjung asli Pamekasan memiliki daya tahan tinggi saat musim hujan. Produktivitasnya mencapai 6-7 ton per hektare bahkan bisa mencapai 10 ton per hektare di musim kemarau.

“Panen raya di Pamekasan terus berlanjut di bulan Maret sampai April. Dampaknya, petani di sini sering memperoleh harga baik. Saat ini saja grade super harganya Rp 25 ribu per kilorgram dan yang biasa Rp 17 ribu per kilogram. Harga bagus itu,” terangnya.

Ketua Kelompok Tani Tani Sejati Musafi mengatakan, petani bawang di Desa Bangsereh kebanyakan merupakan petani swadaya. Dengan bermodalkan Rp 50 juta sampai Rp 60 juta per hektare, kata dia, petani bawang masih bisa mendapatkan untung.

“Bahkan, sekarang pedagang Jawa kejar barang ke sini untuk dikirim ke Jakarta sampai Kalimantan,” ujar Musafi.

Dia melanjutkan, petani bawang di Kecamatan Batumarmar biasa tanam tiga kali dalam setahun, terutama di lokasi cukup air. Karena itu, dia meminta pemerintah bisa membantu memberikan alat kultivator, pompa, dan traktor karena petani sangat membutuhkannya.

Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan Kabupaten Pamekasan Lisa Widyawati mengaku kerap menyambangi kebun bawang merah di wilayah ini, terutama di puncak musim hujan. “Kendala di sini, jika tanaman terkena embun upas, besoknya langsung rebah dan muler. Apalagi, kalau umur tanaman masih 15-30 hari, sangat rentan,” kata dia.

Untuk menekan risiko gagal, petani langsung mengaplikasikan cukup fungisida ke tanaman mereka. “Masih bisa dipanen, tapi provitasnya turun.”

Lisa menerangkan, potensi keuntungan yang cukup baik membuat para petani muda melirik bidang usaha budi daya bawang merah. Para petani muda itu umumnya lulusan S1 yang mempunyai keseriusan ingin bertani dan memajukan desanya. “Yang begini ini perlu didukung,” ujar Lisa.

Rohmady Efendi, salah seorang petani belia lulusan perguruan tinggi mengatakan, dia bangga bisa bertani karena dengan bertani dia bisa memberi manfaat kepada orang banyak dengan menyediakan kebutuhan bawang. Selain itu, dia ingin desanya maju dengan pertanian bawang merah yang modern dan menguntungkan.

“Jadi nanti saya berharap tidak hanya pekerja kantoran saja yang berdasi, jadi petani dapat juga bisa berdasi,” ujar Rohmady.

Pamekasan sebagai sentra bawang merah di Pulau Madura memiliki luas panen sebesar 2.600 hektare pada 2018 lalu. Angka terbesar di Kecamatan Batumarmar dengan produksi 186 ribu kuintal. Tahun ini, Kementan mengalokasikan anggaran senilai lebih dari Rp 42 miliar, termasuk bantuan benih hortikultura, untuk Kabupaten Pamekasan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement