REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Konsultan Properti Colliers International Indonesia mencatat investasi di sektor properti, khususnya apartemen sepanjang 2018 belum menunjukan pemulihan. Senior Associate Director Research Colliers International Indonesia Ferry Salantomenjelaskan salah satu faktor yang membuat rendahnya minat investasi hujian apartemen adalah imbal hasil yang tidak lebih besar dibandingkan produk surat berharga (obligasi) dan deposito.
"Kami mencari tahu kenapa penjualan apartemen tidak bagus. Ternyata produk investasi lain seperti SBR004 imbal hasilnya 7,10 persen, ORI 015 imbal hasilnya 7 persen, deposito yang paling mudah diakses masyarakat juga sebesar 6,5 persen. Dibandingkan dengan apartemen hanya 5,5 persen karena harga sewanya belum naik, bahkan cenderung terkoreksi," ujar dia.
Ferry mengakui imbal hasil investasi apartemen memang turun drastis yakni sebesar 10,2 persen pada 2013 menjadi hampir separuhnya pada 2018.
"Dibandingkan ritme deposito yang cenderung stabil, risikonya jauh lebih rendah (deposito) dibandingkan apartemen. Apartemen ini sewanya juga rendah dan belum tentu juga tersewa karena permintaan dari ekspatriat juga melambat," imbuhnya.
Kecenderungan masyarakat yang saat ini lebih memilih menabung, disebut Ferry juga menjadi faktor pendorong rendahnya penjualan apartemen. Meski demikian, impelentasi LTV yang diberlakukan pemerintah tetap mendapat apresiasi karena dapat mendorong penjualan hunian vertikal tersebut.
Pada 2019, Ferry memproyeksi suplai hunian apartemen akan terus tumbuh. Namun, penyerapannya kemungkinan baru akan mulai aktif pada semester kedua 2019. "Orang-orang masih akan was-was akan Pemilu dan suku bunga juga masih tinggi. Tapi masih ada peluang dari relaksasi LTV dan penurunan PPnBM (untuk dongkrak penjualan)," kata dia.