Senin 21 Apr 2025 15:50 WIB

Bursa Karbon Catat Volume Transaksi 690.675 Ton CO2e pada Kuartal I 2025

Capaian itu melebihi total volume transaksi perdagangan karbon sepanjang tahun 2024.

Layar menampilkan informasi pergerakan perdagangan karbon internasional pada awal pembukaan di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin (20/1/2025). Setelah resmi diluncurkan hari ini, Bursa Karbon Indonesia (IDX Carbons) menargetkan perdagangan 500.000 hingga 750.000 ton CO2 ekuivalen serta 200 pengguna jasa pada 2025.
Foto: ANTARA FOTO/Muhammad Ramdan
Layar menampilkan informasi pergerakan perdagangan karbon internasional pada awal pembukaan di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin (20/1/2025). Setelah resmi diluncurkan hari ini, Bursa Karbon Indonesia (IDX Carbons) menargetkan perdagangan 500.000 hingga 750.000 ton CO2 ekuivalen serta 200 pengguna jasa pada 2025.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bursa Karbon Indonesia atau IDXCarbon melaporkan volume transaksi perdagangan karbon di IDXCarbon mencapai sebanyak 690.675 ton CO2e (ton ekuivalen) unit karbon selama kuartal I 2025. Capaian itu melebihi total volume transaksi perdagangan karbon sepanjang tahun 2024 maupun sepanjang tahun 2023, yang menjadikannya sebagai salah satu bursa karbon dengan jumlah transaksi terbesar di regional

"Statistik itu secara umum memberikan optimisme pada prospek perdagangan karbon di Indonesia," ujar Sekretaris Perusahaan BEI Kautsar Primadi Nurahmad di Jakarta, Senin (21/4/2025).

Baca Juga

Selama 2024, IDXCarbon tercatat membukukan transaksi sebesar 413.764 tCO2e. Sedangkan selama 2023 membukukan transaksi sebesar 494.254 tCO2e sejak beroperasi pada 26 September 2023.

IDXCarbon berkoordinasi bersama OJK dan Kementerian/Lembaga (K/L) terkait, terus mengembangkan ekosistem perdagangan karbon untuk menjadikan Indonesia sebagai pusat perdagangan karbon di Asia maupun global.

IDXCarbon akan terus berupaya untuk mendorong likuiditas pasar karbon dari sisi demand dan supply, baik dari pasar domestik maupun internasional, serta sesuai dengan kebijakan dan pengaturan pemerintah.

"Dengan menjalin kolaborasi bersama berbagai pemangku kepentingan, perdagangan karbon di Indonesia akan terus tumbuh dan semakin berkontribusi signifikan dalam mendukung pencapaian target penurunan emisi nasional," ujar Kautsar.

Sampai saat ini, telah terdapat tujuh proyek pengurangan emisi berbasis teknologi yang diperjualbelikan, dengan jumlah available to be traded sebanyak 2.203.119 tCO2e.

Terdapat pula peningkatan Pengguna Jasa IDXCarbon sebesar 22 persen menjadi 111 Pengguna sepanjang kuartal I 2025.

Pada 20 Januari 2025, Kementerian Lingkungan Hidup/Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Republik Indonesia (KLH/BPLH), Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan PT Bursa Efek Indonesia (BEI) meresmikan Perdagangan Internasional Perdana Unit Karbon Indonesia melalui IDXCarbon.

Peresmian ini merupakan salah satu milestone penyelenggaraan perdagangan karbon di Indonesia, yang diharapkan dapat menjadi gerbang awal terciptanya kolaborasi untuk implementasi perdagangan karbon luar negeri.

Dalam peluncuran itu, terdapat lima proyek pengurangan emisi yang berasal dari sektor energi dan memperoleh otorisasi untuk perdagangan internasional, diantaranya, pertama, Pengoperasian Pembangkit Listrik Baru Berbahan Bakar Gas Bumi PLTGU Priok Blok 4.

Lalu, kedua, konversi dari pembangkit Single Cycle menjadi Combined Cycle (Add On) PLTGU Grati Blok 2, ketiga, pengoperasian Pembangkit Listrik Tenaga Air Minihidro (PLTM) Gunung Wugul.

Kemudian, keempat, pengoperasian Pembangkit Listrik Tenaga Gas Bumi Baru PLTGU PJB Muara Karang Blok 3, dan kelima, konversi dari pembangkit Single Cycle menjadi Combined Cycle Blok 2 PLN NP UP Muara Tawar.

sumber : ANTARA
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement