REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Kementerian Pertanian bersama Badan Pangan Dunia FAO mengajak masyarakat ikut serta mengendalikan penggunaan antibiotik sebagai antisipasi bahaya resistensi antimikroba. Hal tersebut tersebut disampaikan Direktur Kesehatan Masyarakat Veteriner, Kementerian Pertanian Syamsul Ma'arif saat menghadiri Festival Pekan Kesadaran Antibiotik (World Antibiotik Awareness Week /WAAW) yang berlangsung di Kampus Universitas Airlangga, Surabaya, Jawa Timur.
"Resistensi antibiotik ini sudah menjadi masalah global. Seluruh dunia sedang bahu-membahu mengendalikan laju obat-obatan yang tidak mampu lagi membunuh kuman, karena kuman kebal akibat penggunaan yang tidak sesuai petunjuknya," kata Syamsul.
Menurut Syamsul, Indonesia termasuk salah satu negara yang mulai peduli dalam upaya menangani pengendalian penggunaan antibiotik yang tidak tepat. Jika semua pihak berkolaborasi, berkoordinasi dan berkomunikasi untuk mengawal penggunaan antibiotik yang bertanggungjawab, maka laju resistensi antibiotik bisa ditekan.
"Karena sebenarnya resistensi antibiotik itu peristiwa alami, memang terjadi. Hanya saja bagaimana caranya agar laju resentensi tersebut bisa kita kendalikan," ujarnya.
Pada Pekan Kesadaran Antibiotik Sedunia yang jatuh pada 12-18 November 2018, Kementerian Pertanian bersama FAO berkolaborasi dengan berbagai pihak seperti Kemenko Bidang Pembangunan Manusia danan Kebudayaan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Komisi Pengendalian Resistensi Antimikorba (KPRA) Kementerian Kesehatan, Yayasan Orang Tua Peduli dan pihak-pihak lainnya menyelenggarakan sejumlah kegiatan. Mulai dari Sarasehan Peternak untuk meningkatkan pemahaman para peternak sebagai pengguna antibiotik tentang bahaya AMR, Kuliah Umum dan Talkshow serta seminar di berbagai kota di Indonesia, selain itu untuk mengedukasi anak anak akan bahaya resistensi juga digelar lomba menggambar.
Sementara itu, Musafir, warga Kediri yang hadir pada puncak perayaan Pekan Kesadaran Antibiotik mengatakan, sangat mendukung upaya pemerintah melakukan kampanye penyadaran masyarakat akan bahaya antibiotik jika tidak digunakan secara tepat. "Tapi kalau bisa, kampanye seperti ini bisa diadakan hingga ke pelosok-pelosok perumahan. Karena saya mengalai sendiri, kalau sakit pilek langsung di kasih antibiotik," ujarnya.
Seperti di Surabaya, di Lampung, Wakil Walikota Metro, Lampung Djohan, bersama dengan perwakilan dari Kementerian Pertanian dan FAO ECTAD serta Pinsar Petelur Nasional Provinsi Lampung juga menandatangani komitmen bersama gerakan pangan asal unggas bebas residu antibiotik. Penandatangan komitmen tersebut disaksikan unsur forum kepemimpinan daerah Kota Metro.