REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Eksekutif Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) Togar Pasaribu memproyeksikan, pertumbuhan industri asuransi jiwa unit link bisa mencapai 13 persen pada 2018. Hal itu pun diprediksi akan terus meningkat menjadi 14 persen pada 2019.
"Kalau asuransi jiwa itu tetap optimis. Pertumbuhan ekonomi memang akan memberikan pengaruh tapi tidak besar," kata Togar di Bursa Efek Indonesia, Jakarta pada Selasa (6/11).
Togar mengatakan, kekuatan pertumbuhan produk asuransi jiwa tersebut lantaran dijual dengan memanfaatkan emosional kekerabatan. Dalam jangka menengah panjang, dia juga meyakini pertumbuhannya akan tetap kuat. Hal ini karena penetrasi asuransi jiwa pada masyarakat Indonesia baru mencapai 6,6 persen.
"Karena penetrasinya masih sangat rendah maka peluang untuk tumbuh secara tinggi itu sangat besar," kata Togar.
Togar memerinci, pada kuartal II 2018, asuransi jiwa unit link dapat meraih premi sebesar Rp 55,71 triliun atau tumbuh 23,6 persen dari premi unit link kuartal II 2017 yang sebesar Rp 45 triliun. Sementara, premi asuransi jiwa tradisional pada kuartal II 2018 sebesar Rp 37,87 triliun atau turun 13 persen dibandingkan premi kuartal II 2017 yang sebesar Rp 43,58 triliun.
Kendati demikian, menurut Togar, dalam jangka panjang hal itu akan mengalami pergeseran. Dia menyebut, saat ini masyarakat Indonesia masih memiliki pengetahuan tentang investasi yang relatif terbatas.
Akan tetapi, kata dia, keinginan masyarakat untuk berinvestasi tetap kuat. Sehingga, produk seperti Unit Link pun menjadi pilihan masyarakat.
"Kalau masyarakat makin melek investasi, mungkin mereka dengan sendirinya akan bergeser sendiri ke investasi," kata Togar.