REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengklaim, angka kemiskinan di desa menurun dua kali lipat dibandingkan di kota. Hal itu terjadi akibat imbas dari adanya dana desa.
"Setidaknya 1,2 juta penduduk di desa sudah berhasil dientaskan dari kemiskinan," kata Presiden Jokowi saat memberikan sambutan pada acara "Sosialisasi Prioritas Penggunaan Dana Desa 2019 dan Evaluasi Kebijakan Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa Provinsi Banten".
Dalam keterangan yang diterima, Senin (5/11), disebutkan, program dana desa yang telah dijalankan oleh pemerintah selama empat tahun merupakan bentuk perhatian pemerintah kepada desa. Presiden menyampaikan bahwa hingga saat ini tak kurang dari Rp 187 triliun telah digelontorkan pemerintah untuk pembangunan desa di seluruh Tanah Air.
"Saat ini dana desa sudah empat tahun kita jalankan. Total Rp 187 triliun. Ditambah lagi tahun depan Rp 70 triliun. Apa artinya? Artinya pemerintah memberi perhatian sangat besar kepada desa," kata Presiden.
Selain itu, menurut laporan capaian empat tahun pemerintahan Jokowi-JK yang dikeluarkan oleh Kantor Staf Presiden, masyarakat memanfaatkan Dana Desa sesuai dengan kebutuhannya untuk meningkatkan produktivitasnya dan memperbaiki kualitas hidup di desa. Antara lain telah terbangun pasar desa sebanyak 6.932 unit, saluran irigasi terbangun sebanyak 39.351 unit dan jembatan terbangun sepanjang 1.028.225 meter.
Adapun, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekonomi Indonesia tumbuh 5,17 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) pada triwulan III-2018, lebih tinggi dari periode yang sama 2017 yang sebesar 5,06 persen (yoy). Kepala BPS Suhariyanto dalam paparannya di Jakarta, Senin, mencatat pertumbuhan ekonomi secara kumulatif dari triwulan I-2018 hingga triwulan III-2018 tumbuh sebesar 5,17 persen (yoy).
"Masih ada satu triwulan lagi untuk 2018, kalau bisa bagus, pertumbuhan ekonomi selama satu tahun juga bisa bagus," kata dia.
Suhariyanto juga menyebutkan bahwa capaian pertumbuhan ekonomi triwulan III-2018 sebesar 5,17 persen (yoy) lebih tinggi dibandingkan triwulan III-2016 yang tercatat 5,03 persen dan triwulan III-2015 4,78 persen. Dari sisi pengeluaran, sumber pertumbuhan ekonomi tertinggi untuk triwulan III-2018 berasal dari konsumsi rumah tangga sebesar 2,69 persen disusul pembentukan modal tetap bruto (PMTB) 2,24 persen, dan konsumsi pemerintah 0,48 persen.
Pertumbuhan didorong oleh semua lapangan usaha di mana yang tertinggi dicapai oleh lapangan usaha jasa lainnya sebesar 9,19 persen disusul informasi dan komunikasi 8,98 persen, dan jasa perusahaan 8,67 persen. Struktur ekonomi Indonesia secara spasial pada triwulan III-2018 didominasi oleh kelompok provinsi di Jawa dan Sumatra. Jawa memberikan kontribusi terbesar terhadap PDB, yakni sebesar 58,57 persen, diikuti oleh Sumatera sebesar 21,53 persen, dan Kalimantan 8,07 persen.
"Indonesia Timur tumbuh lebih tinggi, Maluku dan Papua 6,87 persen (kontribusi 2,51 persen) dan Sulawesi 6,74 persen (6,28 persen)," kata Suhariyanto.