Rabu 17 Oct 2018 10:15 WIB

Wakil Menteri Belanda Puji Inovasi Keuangan Indonesia

Wakil Menteri Belanda memuji konsep pembiayaan blended finance

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Nidia Zuraya
Wakil Menteri Kerjasama Internasional Belanda Reina Buijs (tengah), Country Director UNDP Indonesia Christophe Bahuet (kiri), CEO Sintesa Group Shinta Kamdani (kanan) meninjau pameran foto seusai acara Pertemuan Kehormatan dengan Wakil Menteri Belanda ke UNDP Indonesia di Jakarta, Selasa (16/10).
Foto: Republika/Mahmud Muhyidin
Wakil Menteri Kerjasama Internasional Belanda Reina Buijs (tengah), Country Director UNDP Indonesia Christophe Bahuet (kiri), CEO Sintesa Group Shinta Kamdani (kanan) meninjau pameran foto seusai acara Pertemuan Kehormatan dengan Wakil Menteri Belanda ke UNDP Indonesia di Jakarta, Selasa (16/10).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Menteri Kerja Sama Internasional Belanda, Reina Buijs berkunjung ke Innovative Financing Lab (IFL) milik United Nation Development Programme (UNDP) Indonesia yang baru saja diluncurkan, Selasa (16/10). Kunjungan tersebut membahas peluang pembiayaan inovatif untuk pencapaian SDG melalui diskusi dan pameran foto.

Reina mengaku kagum dan menyukai program yang dimiliki IFL. Termasuk diantaranya penyediaan listrik yang sukses dari pembangkit mikro-hidro di daerah terpencil di Jambi. Proyek ini adalah hasil kemitraan dengan BAZNAS dan Bank Jambi. Selain itu dalam peluncuran sukuk hijau berdaulat pertama di dunia dalam kemitraan dengan Pemerintah Indonesia.

"Kita memang harus inovatif, membawa banyak orang untuk berkolaborasi dengan tujuan yang sama, memberdayakan anak-anak muda dengan ide-ide mereka, kemudian membawa semua ini pada level realisasi yang membawa banyak manfaat," kata dia setelah kunjungan.

Ia mengaku sangat menyukai konsep pembiayaan yang melibatkan banyak pihak untuk bisa mencapai pemanfaatan yang lebih luas. Seperti blended finance yang bisa menyasar beragam sektor dengan contoh awal di bidang energi terbarukan seperti pembangkit mikro-hidro tadi.

Juga pembiayaan berbasis Islam yang memaksimalkan pemanfaatan zakat, infaq, wakaf, dan sedekah. Ia menyarankan agar inovasi-inovasi keuangan dari Indonesia bisa disosialisasikan secara luas. Tidak hanya bekerja dengan pemerintah tapi juga pihak swasta dan global.

"Indonesia punya potensi yang sangat besar, kerahkan anak-anak muda, beri mereka wadah agar ide-ide itu bisa dibesarkan, salurkan mereka dengan dunia kerja langsung, saya ucapkan selamat atas semua kelebihan ini," katanya.

Kepala IFL, Ikhsan Modjo mengatakan IFL memang fokus untuk membantu pemerintah dalam merealisasikan pembangunan berkelanjutan. Inovasi pembiayaan bisa menjadi salah satu cara untuk mendukung berbagai program pembangunan demgan mengedepankan kolaborasi berbagai pihak.

Seperti pembangkit listrik mikrohidro di daerah terpencil Jambi yang merupakan hasil kolaborasi. Tanpa dana dari pemerintah melainkan instrumen keuangan syariah dari Baznas. Wakil Ketua Baznas, Zainulbahar Noor mengatakan ini bukti bahwa dana umat bisa membawa manfaat lebih luas.

Reina menyarankan agar inovasi keuangan digunakan di sektor yang paling tertinggal. Misal infrastruktur di daerah-daerah terpencil yang sangat sulit diakses. Dengan demikian, pemerataan pembangunan bisa sedikit demi sedikit tercapai.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement