REPUBLIKA.CO.ID, NUSA DUA -- Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menilai, kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) nonsubsidi dapat memperkuat ketahanan fiskal Indonesia. Hal itu kemudian turut memberikan sentimen positif pada nilai tukar rupiah.
"Karena itu (kenaikan harga BBM nonsubsidi) bagaimanapun akan memperkuat ketahanan fiskal kita," kata Darmin di Nusa Dua, Bali pada Jumat (12/10).
Pernyataan Darmin merespons penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada Jumat (12/10). Berdasarkan kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), nilai tukar rupiah berada pada level Rp 15.194 per dolar AS atau lebih baik dibandingkan pada Kamis (11/10) yang berada pada level Rp 15.253 per dolar AS.
Darmin mengatakan, pergerakan positif rupiah bisa disebabkan Indonesia tengah menggelar Pertemuan Tahunan Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia di Nusa Dua, Bali. Selain itu, ujarnya, keputusan PT Pertamina (Persero) menaikkan harga BBM nonsubsidi seri Pertamax dan Dex juga direspons positif pasar.
Sebelumnya, Pertamina menyesuaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) di SPBU, khususnya Pertamax Series dan Dex Series, serta Biosolar nonsubsidi mulai Rabu (10/10) dan berlaku di seluruh Indonesia pukul 11.00 WIB. Khusus untuk daerah yang terkena bencana alam di Nusa Tenggara Barat dan Sulawesi Tengah sementara ini harga tidak naik.
Penyesuaian harga tersebut merupakan dampak dari harga minyak mentah dunia yang terus merangkak naik. Saat ini harga minyak dunia rata-rata menembus 80 dolar AS per barel.