Senin 01 Oct 2018 16:05 WIB

Nilai Tukar Petani Meningkat 0,59 Persen

Kenaikan NTP didorong naiknya indeks harga hasil produksi.

Seorang petani membersihkan rumput liar di antara padi di areal persawahan Suwawa, Kabupaten Bone Bolango, Gorontalo, Senin (17/9). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Nilai Tukar Petani (NTP) secara nasional pada September 2018 meningkat 0,59 persen.
Foto: ANTARA FOTO/Adiwinata Solihin
Seorang petani membersihkan rumput liar di antara padi di areal persawahan Suwawa, Kabupaten Bone Bolango, Gorontalo, Senin (17/9). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Nilai Tukar Petani (NTP) secara nasional pada September 2018 meningkat 0,59 persen.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan nilai tukar petani (NTP) secara nasional pada September 2018 meningkat 0,59 persen dibandingkan NTP bulan sebelumnya. Kenaikan tertinggi terjadi di Provinsi Jambi.

"NTP adalah perbandingan indeks harga yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani, baik untuk konsumsi maupun produksi dan penambahan barang modal," kata Kepala BPS Kecuk Suhariyanto dalam jumpa pers di Jakarta, Senin (1/10).

Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga di pedesaan di 33 provinsi pada September 2018, NTP secara nasional naik 0,59 persen dibandingkan NTP Agustus 2018, yaitu dari 102, 56 menjadi 103,17. Kenaikan NTP pada September 2018 disebabkan indeks harga hasil produksi pertanian mengalami kenaikan, sedangkan indeks harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga dan keperluan produksi pertanian mengalami penurunan.

NTP adalah salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan daya beli petani di pedesaan. Dengan meningkatnya NTP pada September ini dibandingkan bulan sebelumnya, maka relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan daya beli petani.

Selain itu, ujar dia, kenaikan NTP September 2018 dipengaruhi oleh kenaikan pada subsektor tanaman pangan sebesar 2,33 persen, subsektor tanaman perkebunan rakyat 0,78 persen dan subsektor perikanan 0,63 persen. Sedangkan untuk subsektor hortikultura dan subsektor pertanian mengalami penurunan masing-masing sebesar 0,08 persen dan 1,42 persen.

Sementara kenaikan tertinggi NTP yang terjadi di Provinsi Jambi yaitu sebesar 1,68 persen adalah karena kenaikan khususnya pada komoditas karet yang naik sebesar 2,65 persen, sedangkan penurunan terbesar NTP terjadi di Provinsii Bangka Belitung yang disebabkan penurunan khususnya komoditas lada yang turun sebesar 3,57 persen.

Sebagaimana diwartakan, Menteri Pertanian Andi Amran Nasution menyatakan kepada para generasi muda yang menginginkan menjadi konglomerat, maka seharusnya menekuni bidang pertanian dan menjadi petani. Menurut Amran, dari sekitar 10 konglomerat yang ada di Indonesia, maka sekitar delapan orang mendapatkan kekayaannya terkait dengan sektor pertanian.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement