REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- PT Bio Farma menggencarkan strategi diplomasi untuk memperluas dan meningkatkan pasar ekspor. Direktur Pemasaran Bio Farma Sri Harsi Teteki mengatakan pada tahun 2018 ini Bio Farma sudah berkomunikasi dengan beberapa duta besar dan bekerja sama dengan atase perdagangan.
Saat ini hanya sekitar 30 produsen vaksin yang sudah mendapatkan kualifikasi dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) salah satunya Bio Farma. "Kami merupakan yang terbesar di Asia Tenggara dilihat dari jenis produk dan kapasitas, serta menjadi rujukan centre of excellence bagi produsen vaksin di negara Islam," kata Teki.
Hingga saat ini, Bio Farma telah mengekspor produk vaksin yang dihasilkan ke 140 negara di dunia. Bio Farma mengekspor vaksin ke negara Islam yang tergabung dalam Organisasi Kerjasama Islam (OKI).
Di antara negara Islam yang tergabung didalam OKI hanya ada tujuh negara yang memiliki produsen vaksin. Diantara tujuh negara tersebut hanya Indonesia yang telah diakui oleh WHO untuk vaksin program imuniasi dasar.
"Bahkan Saudi Arabia telah meminta kerjasama distribusi vaksin dan transfer teknologi vaksin untuk memenuhi vaksin imunisasi dasar yang dibutuhkan di regional negara negara Teluk," ujar Teki.
Menurut data Bio Farma, pengiriman ekspor sejumlah 11 juta dolar AS pada 2015, meningkat menjadi 22 juta dolar AS pada 2016 dan 31 juta dolar AS pada 2017.
"Dengan total kapasitas produksi lebih dari 2 miliar dosis per tahun. Komposisi produksi tersebut adalah masing-masing 60 persen untuk kebutuhan dalam negeri dan 40 persen untuk kebutuhan ekspor. Meskipun angka ini bisa berubah tergantung kebutuhan di dalam negeri," kata Teki.