REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Rabu (8/8) pagi bergerak melemah 11 poin menjadi Rp 14.432 per dolar AS. Sebelumnya, rupiah ditransaksikan Rp 14.421 per dolar AS.
Analis senior CSA Research Institute Reza Priyambada mengatakan sentimen dari dalam negeri mengenai cadangan devisa Indonesia yang menurun menjadi salah sentimen negatif bagi fluktuasi mata uang rupiah. "Tampaknya sebagian pelaku pasar memanfaatkan sentimen itu untuk melepas sebagian aset denominasi rupiah," katanya, Rabu.
Bank Indonesia (BI) mencatat posisi cadangan devisa Indonesia sebesar 118,3 miliar dolar AS pada akhir Juli 2018. Jumlah ini lebih rendah dibandingkan dengan akhir Juni 2018 sebesar 119,8 miliar dolar AS. Bank Indonesia menilai cadangan devisa itu mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.
Kendati demikian, menurut dia, depresiasi rupiah terhadap dolar AS relatif masih terbatas menyusul minat investor terhadap obligasi di dalam negeri masih tinggi. "Rata-rata imbal hasil obligasi untuk tenor panjang sekitar 7,653 persen hingga 8,15 persen," paparnya.
Baca juga, Upaya BKPM Tingkatkan Investasi
Chief Market Strategist FXTM, Hussein Sayed mengatakan sentimen terhadap ekonomi Indonesia masih baik. Hal ini didorong oleh laporan pertumbuhan ekonomi pada triwulan kedua.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekonomi Indonesia pada triwulan II-2018 tumbuh 5,27 persen secara tahunan (year on year/yoy). Pertumbuhan ini lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya 5,01 persen.
"Pertumbuhan itu dapat meningkatkan optimisme mengenai prospek ekonomi Indonesia," katanya.
Sementara itu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) dibuka menguat sebesar 19,59 poin seiring respons positif investor terhadap pertumbuhan ekonomi. IHSG dibuka menguat 19,59 poin atau 0,32 persen menjadi 6.110,84.