Kamis 21 Jun 2018 17:47 WIB

Integrasi Tarif Tol JORR Untungkan Angkutan Logistik

Ada pengguna jalan tol yang memberikan subsidi dan ada yang menerima subsidi

Rep: Halimatus Sa'diyah/ Red: Budi Raharjo
Sejumlah truk melintas di ruas jalan tol di Jakarta.
Foto: Mahmud Muhyidin
Sejumlah truk melintas di ruas jalan tol di Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sistem integrasi jalan tol Jakarta Outer Ring Road (JORR) disebut akan menguntungkan angkutan logistik. Direktur Jenderal Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Arie Setiadi mengatakan, dengan pengintegrasian tol JORR, maka angkutan logistik akan membayar tarif yang jauh lebih murah dari sebelumnya.

Ia menjelaskan, untuk menggunakan akses tol Tanjung Priok, misalnya, angkutan logistik saat ini harus melakukan transaksi di gerbang tol sebanyak dua sampai tiga kali. Akibatnya, banyak truk yang enggan masuk jalan tol dan memilih menggunakan jalan arteri. Kondisi ini menyebabkan jalan arteri menjadi lebin padat.

Sementara, jika tol JORR diintegrasikan, pengguna jalan hanya perlu melakukan satu kali transats di gerbang tol dan bebas menggunakan seluruh ruas secara keseluruhan tanpa tambahan biaya lagi. “Bagi angkutan logistik ini sangat menguntungkan,” kata Arie, dalam konferensi pers di kantornya, Kamis (21/6).

Pengintegrasian tol JORR akan menggunakan sistem terbuka. Tarif tol dihitung berdasarkan tarif rata-rata. Dengan penerapan tarif rata-rata, maka ada pengguna jalan tol yang memberikan subsidi dan ada juga pengguna jalan tol yang menerima subsidi.
Adapun sistem yang masih berlaku saat ini adalah sistem tertutup. Tarif dihitung proporsional berdasarkan jarak tempuh. Berdasarkan kalkulasi yang dibuat Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT), sistem integrasi tol JORR akan membuat 61 persen pengguna jalan membayar tarif yang lebih murah, 38 persen membayar lebih mahal dan 1 persen sisanya membayar tarif dengan besaran yang sama.

Kepala BPJT Herry Trisaputra Zuna menjelaskan, kelompok 61 persen yang akan menikmati tarif lebih murah adalah pengguna jalan tol JORR jarak jauh yang biasa melakukan transaksi lebih dari satu kali. Sementara, kelompok 38 persen yang akan membayar tarif lebih mahal adalah pengguna jalan tol JORR jarak dekat. Adapun kelompok satu persen yang tidak mengalami perubahan tarif adalah pengguna jalan tol jarak menengah.

Herry menyebut, pengitegrasian jalan tol bukan lah hal yang baru. Sistem serupa sudah diterapkan di Tol Jagorawi dan Tol Semarang. “Pengintegrasian ini merupakan bagian dari roadmap elektrifikasi jalan tol,” ujarnya.

Dalam kesempatan yang sama, Corporate Secretary Jasa Marga Agus Setiawan menambahkan, dari pengalaman integrasi Tol Jagorawi, ada penurunan jumlah pengguna jalan tol jarak pendek sebesar sembilan persen. Karena tarif yang lebih mahal untuk jarak pendek, sebagian masyarakat akhirnya memilih jalur arteri.

Namun begitu, menurut Agus, penurunan tersebut tidak berdampak pada pendapatan perusahaan. Sebab, pendapatan dari pengguna jalan tol jarak jauh justru meningkat. “Secara volume memang berkurang, tapi secara pendapatan tidak.”

Dari sisi pelayanan, Agus menyebut pengintegrasian tol terbukti memperpendek waktu tempuh. Di Tol Jagorawi, kata dia, waktu tempuh Bogor-Jakarta yang sebelumnya 1,5 jam kita dapat dipersingkat menjadi kurang dari satu jam.


Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement