Jumat 11 May 2018 19:00 WIB

Kenaikan Harga Ayam Disebabkan Ulah Oknum

Pembibit menjual DOC FS dengan harga kurang dari Rp 5.800 per ekor.

Rep: Melisa Riska Putri/ Red: Andi Nur Aminah
Pedagang melayani pembeli ayam potong di Pasar Jatinegara, Jakarta (ilustrasi)
Foto: Republika/Prayogi
Pedagang melayani pembeli ayam potong di Pasar Jatinegara, Jakarta (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pertanian meyakinkan tidak ada kenaikan harga Day Old Chick Final Stock (DOC FS). Sementara supply daging ayam dan telur jelang Ramadhan dan Lebaran tahun ini juga mencukupi kebutuhan. "Tidak ada alasan untuk kenaikan harga ayam, daging ayam dan telur selama bulan puasa dan lebaran," kata Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian (Kementan) I Ketut Diarmita, Jumat (11/5).

Para pelaku usaha perunggasan juga telah meyakinkan pemerintah bahwa tidak ada kenaikan dalam rapat di Bali Sabtu (5/5) lalu. Pada prinsipnya, perwakilan dari semua pelaku usaha perunggasan (integrator) mendukung untuk ikut serta menjaga harga telur dan daging ayam tetap stabil.

Para pelaku usaha, dia mengatakan, menyepakati harga telur dan daging ayam sesuai dengan Harga Acuan Farm Gate yang telah ditetapkan oleh Pemerintah melalu Permendag No 27 Tahun 2017. Terkait dengan isu kenaikan harga DOC, Ketut melanjutkan, saat ini para pembibit menjual DOC FS dengan harga kurang dari Rp 5.800 per ekor.

Menurutnya, isu kelangkaan dan kenaikan harga DOC FS karena ulah oknum broker yang memanfaatkan suasana harga ayam yang bagus dan menghadapi bulan puasa serta lebaran. "Hal itu membuat para peternak ramai-ramai mengisi kandangnya secara bersamaan," kata dia.

Direktur Perbibitan dan Produksi T ernak Kementan, Sugiono menjelaskan, pemerintah akan selalu berada di tengah dan tidak memihak dalam memfasilitasi dan mengembangkan usaha perunggasan di Indonesia. "Kita harus bersinergi demi kemajuan bangsa dan terus menjaga komitmen bersama dalam memajukan dunia perunggasan. Sehingga swasembada daging ayam tetap terjaga dan ekspor pun terus meningkat," ujar Sugiono.

(Kementan: Telur dan Ayam Cukup Menjelang Ramadhan)

Pemerintah juga telah mengimbau agar para pelaku usaha dan asosiasi perunggasan dapat berperan aktif dalam menjaga stabilitas harga-harga dan ketersediaan daging. Sehingga masyarakat dapat beribadah di bulan Ramadhan dengan tenang dan khusyuk.

Terkait dengan upaya memperlancar arus distribusi dan menjaga stabilitas harga, Sugiono menyebutkan, Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kementan telah menyiapkan beberapa titik pasar tani yang dapat dimanfaatkan oleh pelaku usaha untuk ikut terlibat dalam operasi pasar. Tujuan untuk memperlancar distribusi dan mendukung stabilisasi harga. "Di titik mana ada harga tinggi, pelaku usaha siap untuk menggelontorkan telur dan daging ayam," ujarnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement