Rabu 09 May 2018 14:14 WIB

Faktor Usia Sebabkan Penurunan Poduksi Sawit

Kebun sawit yang produktif dapat menghasilkan 2,5 juta kilogram per hektare.

Rep: Debbie Sutrisno/ Red: Friska Yolanda
Presiden Joko Widodo saat memberikan sambutan pada peresmian peremajaan kelapa sawit di Rokan Hilir, Riau, Rabu (9/5).
Foto: Debbie Sutrisno/Republika
Presiden Joko Widodo saat memberikan sambutan pada peresmian peremajaan kelapa sawit di Rokan Hilir, Riau, Rabu (9/5).

REPUBLIKA.CO.ID, ROKAN HILIR -- Pemerintah telah melakukan program replanting atau peremajaan perkebunan kelapa sawit sejak 2017. Faktor usia pohon sawit menjadi salah satu penyebab turunnya produksi sawit. Program peremajaan dijalankan agar produksi kelapa sawit tetap bertahan dengan jumlah tinggi. 

Salah satu petani di Rokan Hilir yang mendapatkan program replanting sawit, Jul Effendy Hasibuan mengatakan, pohon sawit yang menjadi garapannya memiliki umur sekitar 33 tahun karena ditanam sejak 1985-1986. Dengan umur yang terbilang tua, perkebunannya hanya menghasilkan sawit sebanyak 500 ribu kilogram per bulan per hektare.

"Padahal kalau masih normal bisa mencapai 2-2,5 juta kilogram per bulan per hektare," kata Jul ditemui di acara replanting sawit, Rabu (9/5).

Saat ini ia menggarap dua hektare lahan sawit. Setiap satu hektare ditanami sekitar 143 batang pohon sawit. Dengan harga bibit sawit sebesar Rp 34.000, dia mendapat bantuan bibit mencapai Rp 9.700.000 untuk dua hektare lahan.

Sebagai pengganti lahan sawit yang diremajakan, Jul akan menggarap lahan sekitar tiga hektare lahan yang ditanami tanaman tanaman lain seperti padi, jagung, dan kedelai. Selain itu Jul dan rekan petani sawit yang lain pun akan menggaran sejumlah lahan yang ada untuk mendapatkan penghasilan per bulan.

Petani lain, Rosi mengaku sangat terbantu dengan program pemerintah ini. Sebagai petani mandiri dia kesulitan ketika harus melakukan peremajaan, berbeda dengan perusahaan swasta yang memiliki modal besar.

Dia menyebut, biaya total penanaman kembali satu hektare sawit secara keseluruhan bisa mencapai Rp 65 juta. Sementara, pemerintah memberi dana hibah Rp 25 juta untuk tiap hektarnya. Sisanya, petani melakukan kesepakatan permodalan dengan bank.

"Daripada kita full (pembiayaan), ya lebih baik kalau ada bantuan pemerintah seperti ini," kata Rosi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement