REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala BKPM Rosan Roeslani menyoroti dampak ketegangan geopolitik global terhadap arus investasi dunia. Dalam situasi yang tidak menentu ini, Rosan menyebut peran investor dalam negeri justru menjadi semakin penting dan strategis bagi perekonomian nasional.
"Kalau kita lihat memang tidak bisa dipungkiri geopolitik yang meningkat ini tentunya mempengaruhi investasi di seluruh dunia," ujar Rosan saat konferensi pers capaian realisasi investasi kuartal II 2025 di Kantor Kementerian Investasi dan Hilirisasi/BKPM, Jakarta Selatan, Selasa (29/7/2025).
CEO Danantara itu mengatakan Indonesia cukup beruntung memiliki basis investor domestik yang kuat. Rosan menilai para pelaku usaha lokal kini semakin percaya diri dan aktif meningkatkan investasinya di dalam negeri.
"Alhamdulillah di saat geopolitik yang sedang tinggi ini, para investor domestik atau lokal ini mempunyai kekuatan yang besar. Mereka juga ingin meningkatkan perannya berinvestasi di Indonesia. Karena hitung-hitungannya jelas, potensinya ada," ucap Rosan.
Pemerintah, kata Rosan, secara tegas memberikan prioritas kepada investor dalam negeri. Langkah ini diambil untuk memastikan pelaku usaha nasional turut menikmati hasil pembangunan dan pertumbuhan ekonomi di dalam negeri.
"Tentunya kita memberikan prioritas kepada investor dalam negeri juga. Agar mereka bisa berinvestasi di Indonesia. Kita ingin supaya para investor dalam negeri ini juga lebih menikmati hasil yang ada di Indonesia ini lebih besar," lanjut Rosan.
Rosan juga menekankan pentingnya sinergi antarpelaku usaha, termasuk peran Danantara sebagai platform yang mendukung pembiayaan proyek-proyek strategis nasional. Bagi Rosan, sinergi ini mampu meningkatkan keyakinan investor lokal untuk terus berkontribusi di tengah ketidakpastian global.
"Dengan adanya sinergi Danantara dalam hal ini, kita lihat juga ini menimbulkan kepercayaan diri yang lebih tinggi," ucap Rosan.
Berdasarkan realisasi investasi kuartal II maupun semester I 2025, penanaman modal dalam negeri (PMDN) lebih mendominasi. Rosan memaparkan PMDN kuartal II 2025 tercatat Rp 275,5 triliun (57,7 persen) atau lebih tinggi dari Penanaman Modal Asing (PMA) yang sebesar Rp 202,2 triliun (42,3 persen).
Sementara PMDN paruh pertama tajun ini sebesar Rp 510,3 triliun (54,1 persen) berbanding dengan PMA sebesar Rp 432,6 triliun (45,9 persen). Rosan menyebut persentase distribusi wilayah antara Pulau Jawa dan luar Pulau Jawa relatif seimbang yakni sebesar Rp 466,9 triliun (49,5 persen) untuk Pulau Jawa dan luar Pulau Jawa sebesar Rp 476,0 triliun (50,5 persen).
"Alhamdulillah kita lihat ini investasi yang dari dalam negeri juga mempunyai kekuatan sendiri. Karena mereka juga memberikan nilai tambah yang tinggi," kata Rosan.