Kamis 12 Apr 2018 14:29 WIB

Bank Dunia Proyeksikan Pertumbuhan Ekonomi RI 5,3 Persen

Pertumbuhan akan didorong oleh investasi dan konsumsi rumah tangga.

Pertumbuhan Ekonomi (ilustrasi)
Foto: Republika/Wihdan
Pertumbuhan Ekonomi (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Dunia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang 2018 akan mencapai 5,3 persen atau lebih rendah dibandingkan target APBN 2018 yang sebesar 5,4 persen. "Kami memprediksi Indonesia di 2018 itu 5,3 persen, naik dari 5,1 persen di 2017," kata ekonom senior Bank Dunia Derek Chen di Jakarta, Kamis (12/4).

 

Menurut Chen, pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini akan didorong oleh investasi dan juga konsumsi rumah tangga (RT) mengingat adanya gelaran Pilkada Serentak pada tahun ini. "Investasi sangat kuat. Dan kami melihat konsumsi RT akan naik sedikit seiring dengan adanya pemilu," ujar Chen.

 

Baca juga,  Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Naik Tipis.

 

Chen menilai gelaran pemilu pada 2018 dan 2019 tidak akan mengganggu kegiatan ekonomi domestik. Setelah pemilu, investasi akan tumbuh lebih cepat karena ketidakpastian politik mulai reda.

 

"Sekarang, investor mungkin sedang menunggu apa yang akan terjadi di 2018 dan 2019 dan berasumsi tidak terlalu mengejutkan. Kemudian investasi akan mengalir lagi karena sudah berkurang ketidakjelasan politiknya. Ini tidak hanya terjadi di Indonesia saja, tapi juga negara lain mengalami siklus ini," katanya.

 

Dalam laporan "World Bank East Asia dan Pacific Economic Update edisi April 2018: Enhancing Potential" yang dirilis Kamis ini, pertumbuhan ekonomi negara-negara berkembang di kawasan Asia Timur dan Pasiflk diperkirakan akan tetap kuat dan mencapai 6,3 persen pada 2018.

 

Prospek dalam pemulihan global yang luas serta permintaan domestik yang kuat mendukung proyeksi positif ini. Namun, risiko yang muncul terhadap stabilitas dan pertumbuhan berkelanjutan membutuhkan perhatian serius.

 

Bank Dunia menggarisbawahi, dengan prospek yang menguntungkan, pembuat kebijakan di kawasan disarankan untuk mengenali dan mengatasi tantangan yang muncul.

 

Menghadapi risiko jangka pendek terkait kenaikan suku bunga negara maju yang naik lebih cepat dari perkiraan serta kemungkinan eskalasi ketegangan perdagangan akan membutuhkan kebijakan moneter lebih ketat dan penyangga fiskal yang lebih besar.

 

Menurut Bank Dunia, untuk meningkatkan pertumbuhan jangka panjang, meningkatkan investasi publik dan swasta, pertumbuhan produktivitas, dan sumberdaya manusia, menjadi kunci.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement