Senin 19 Mar 2018 11:28 WIB

Perang Dagang AS-Cina Bayangi Pertemuan Keuangan G20

Beberapa menteri keuangan G20 ingin aturan sebuah negara berpijak pada sistem global.

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Andi Nur Aminah
Para pemimpin negara kelompok G20.
Foto: Reuters
Para pemimpin negara kelompok G20.

REPUBLIKA.CO.ID, BUENOS AIRES -- Kekhawatiran potensi perang dagang antara AS dengan Cina membayangi pertemuan menteri-menteri keuangan G20 pekan ini. Menurut ekonom Peterson Institute for International Economics, Edwin Truman, meski Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin akan mempertahankan kebijakan tarif yang ditetapkan Presiden AS Donald Trump, Mnuchin akan tetap mendengarkan masukan dari 19 negara lain. "Meski Mnuchin akan bertahan dengan kebijakan AS, ia akan berwajah semanis mungkin," kata Truman seperti dikutip Reuters, Senin (19/3).

Pajak 25 persen untuk baja dan 10 persen untuk alumunium akan mulai efektif pada 23 Maret 2018 mendatang. Kebijakan tarif yang AS tujukan untuk Cina ini juga kabarnya akan diperluas ke tarif perlindungan properti intelektual. Hal itu dikhawatirkan mengganggu pertumbuhan global yang mulai membaik pasca krisis keuangan global 2008. Trump menargetkan pendapatan tarif hingga 60 miliar dolar AS (Rp 825 triliun) dari perusahaan teknologi, telekomunikasi, dan produk konsumer Cina.

Beberapa menteri keuangan G20 termasuk Argentina dan Jerman ingin aturan sebuah negara tetap berpijak pada sistem global. Dalam draf komunike G20 yang Reuters dapat, terdapat frase yang menyatakan G20 memahami pentingnya kerja sama bilateral, regional, dan multilateral yang terbuka, transparan, konsisten pada regulasi WTO. Selian itu juga komitmen untuk memastikan semua saling melengkapi.

Namun, tak jelas apakah pernyataan itu akan tetap dipertahankan sampai akhirnya komunike itu disahkan. Sebab dalam pertemuan G20 tahun lalu, Mnuchin berhasil menekan G20 dengan menangggalkan frase "menolak segala bentuk proteksionisme" dan menggantinya dengan "menguatkan kontribusi perdagangan bagi ekonomi".

Menteri Keuangan Jerman yang baru Olaf Scholz memeringatkan, proteksionisme dapat menghambat prospek ekonomi Jerman. Karena itu, Jerman berencana membicarakan soal tarif ini dengan AS.

Sementara itu, dalam pertemuan para pemimpin delegasi G20 di Buenos Aires pada Ahad (18/3), Wakil Menteri Keuangan AS David Malpass tetap mengkritik kebijakan ekonomi Cina. Banyak negara khawatir langkah Beijing yang menjauh dari liberalisasi pasar, subsidi negara yang bersar, dan kebijakan investasi yang terlalu ketat. "Kendali negara terhadap ekonomi Cina tidak bagus dampaknya untuk kita dan dunia," kata Malpass.

Sebuah sumber dari anggota Uni Eropa menyatakan mereka akan menghindari berpihak pada salah satu negara. UE menyarankan agar Washington langsung bernegosiasi saja dengan Beijing untuk menyelesaikan masalah mereka.

Secara resmi, Argentina ingin memanfaatkan forum G20 ini untuk mendiskusikan kerja sama masa depan terkait kemajuan teknologi yang mengancam lapangan kerja di berbagai negara. Argentina juga tengah mencari sumber pembiayaan infrastruktur senilai 5,5 triliun dolar AS yang dibutuhkan dunia hingga 2025. "Kami ingin menciptakan kelas aset baru untuk menutup celah itu," kata Menteri Keuangan Argentina Nicolas Dujovne.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement