REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyebut Indonesia menjadi negara nomor 2 yang paling menarik untuk tujuan investasi, berdasarkan hasil survei US News & World Report. Hal ini disampaikan Presiden saat pertemuan dengan para pimpinan bank umum di Indonesia, di Istana Negara, Jakarta.
"Dua minggu lalu ada lagi majalah US News and World Report di Amerika melakukan survei internasional, negara mana yang paling menarik, bukan yang terbaik tapi paling menarik untuk investasi. Indonesia berada pada ranking nomor dua di dunia," ujar Jokowi di Istana Negara, Jakarta, Kamis (15/3).
Menurut Jokowi, survei tersebut melibatkan 21 ribu responden, di mana enam ribu di antaranya merupakan kalangan eksekutif pengambil keputusan. Jokowi berpendapat salah satu pertimbangan investor untuk menanamkan investasinya ke sebuah negara bukan berdasarkan dari kondisi negara tersebut.
"Satu hal yang saya belajar ternyata investor bukan memutuskan untuk berinvestasi ke sebuah negara itu bukan karena kondisi negara itu. Sekarang ini saya lihat bukan karena kondisi tapi karena tren di negara itu. Trennya begini atau begini. Yang dilihat hanya di situ," ujar Presiden.
Investor, kata Jokowi, akan melirik sebuah negara dengan kondisi yang belum ideal namun memiliki tren yang terus membaik. Hal itu lah yang menjadi daya tarik bagi investor lantaran mengetahui negara tersebut akan terus berbenah diri.
"Yang lebih menarik buat investor itu invest di sebuah negara yang mungkin kondisinya belum ideal. Kondisi belum ideal tapi trennya jelas membaik. Yang dia incar itu kalau lihat surveinya," ungkapnya.
Hal itu membuktikan Indonesia memiliki tren yang terus membaik dan menjadi daya tarik bagi investor internasional untuk menanamkan investasinya. Selain itu, kemudahan berusaha juga menjadi salah satu faktor untuk menarik investor masuk ke dalam negeri.
Jokowi yakin, peningkatan dan perbaikan ranking kemudahan berusaha akan terus membaik. Ia juga mengaku telah menginstruksikan kepada Menko Perekonomian Darmin Nasution untuk terus menggenjot perbaikan kemudahan berusaha hingga di bawah peringkat ke-60.
"Sekitar 3 tahun lalu ada pada angka 120. Tahun kemarin pada angka 72. Tahun ini saya meyakini itu bisa di bawah 60 tapi bisa juga nanti meloncat di bawah 50," kata Jokowi.