Selasa 13 Mar 2018 09:17 WIB

Cina, AS, dan India Jadi Produsen Miliarder Terbanyak

Ma Huateng dan Jack Ma masuk 20 teratas orang terkaya dunia untuk kali pertama.

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Budi Raharjo
Jack Ma
Foto: Reuters
Jack Ma

REPUBLIKA.CO.ID,NEW YORK -- Cina, AS, dan India menjadi negara yang menghasilkan miliarder terbanyak saat ini. Ekonomi Asia yang tumbuh lebih baik dari kawasan lain menjadi salah satu faktornya.

Dalam daftar The Forbes World's Billionainres tahun ini, para miliarder berasal dari 72 negara dan kawasan termasuk pertama kalinya dari Hongaria dan Zimbabwe. Hanya satu negara yang tak memiliki perwakilan, Arab Saudi. Forbes harus menghilangkan 10 nama warga Saudi yang menyampaikan informasi kekayaannya setelah Pangeran Mahkota Saudi menahan sekitar 200 orang dalam 'aksi bersih-bersih'.

Dua pebisnis teknologi dari Cina, Ma Huateng dan Jack Ma, berhasil masuk ke dalam 20 teratas orang terkaya dunia untuk pertama kalinya. Berkat aplikasi WeChat produksi Tencent yang aktif digunakan hampir semiliar orang, Ma Huateng atau Pony Ma menjadi orang terkaya di Asia.

Dalam daftar Forbes, Ma Huateng berada di peringkat 17 orang terkaya dunia dengan kekayaan senilai 45,3 miliar dolar AS (Rp 623 triliun) dari 24,9 miliar dolar AS (Rp 342 triliun). Tencent juga memiliki saham di Tesla, Snap, dan Spotify.

Sementara Ma lainnya, Jack Ma, berada di posisi ke 20 orang terkaya di dunia dengan nilai kekayaan 39 miliar dolar AS (Rp 536 triliun) dari 28,3 miliar dolar AS (Rp389 triliun). Saham Alibaba, kanal niaga daring milik Jack Ma, meroket nilainya hingga 76 persen dalam setahun. Pendapatan Alibaba selama 12 bulan yag berakhir pada Maret 2017 lalu menunjukkan peningkatan hingga 56 persen menjadi 23 miliar dolar AS (Rp 316 triliun).

Cina memiliki jumlah orang kaya baru terbanyak, 89 wajah, disusul AS sebanyak 18 orang. Angka itu mengurangi selisih kedua negara, meski secara keseluruhan AS memiliki lebih banyak miliarder yakni 585 orang berbanding 476 orang di seluruh wilayah Cina (daratan utama Cina, Hong Kong, Makau dan Taiwan), demikian dilansir Forbes beberapa waktu lalu.

Sementara Khaleej Times beberapa waktu lalu juga melansir, dalam daftar Miliarder Global 2018 yang diterbitkan grup perusahaan publikasi yang berbasis di Shannghai Cina, Hurun Report Inc, tercatat ada 2.694 miliarder dari 68 negara dan 2.157 perusahaan. Secara global, jumlah kekayaan para miliarder dunia meningkat 31 persen menjadi 10,5 triliun dolar AS. Nilai itu setara 13,2 persen PDB global.

Komisaris dan Kepala Riset Hurun Report Rupert Hoogewerf, mengatakan, belum pernah ada momen seperti ini sebelumnya dimana kekayaan yang besar terkonsentrasi di segelintir orang saja. "2017 menjadi tahun luar biasa bagi 1508 miliarder untuk menambah harta mereka. Muncul pula 567 wajah miliarder baru pada 2017," Hoogewerf.

Jumlah miliarder asal Cina perlahan mulai lebih banyak dibandingkan AS selama tiga tahun belakangan ini, 819 orang banding 571. Dua tahun lalu, jumlah miliarder kedua negara bahkan hanya 534 berbanding 535. "Cina memasuki fase luar biasa soal kewirausahaan dan menambah 210 miliarder sepanjang 2017," kata Hoogewerf.

 

Baca juga: Orang Terkaya Dunia, Bill Gates dan Centimiliarder Pertama

Sepanjang 2017, India juga berhasil merebut kembali posisinya dari Jerman di peringkat ke tiga setelah menambah 31 miliarder di sana dan bursa saham mereka mencatat rekor. Menurut para analis, faktor pendorong peningkatan jumlah miliarder ini tak sulit diterka. Pada 2017 terjadi economic boom di Cina, melemahnya dolar AS dan kenaikan 26 persen di Nasdaq mengerek nilai kekayaan para miliarder di seluruh dunia.

Dolar AS terdepresiasi 16 persen terhadap euro, 12 persen terhadap poundsterling, 10 persen terhadap yuan, dan enam persen terhadap rupee. Pertumbuhan ekonomi global mencapai tiga persen yang terbaik sejak 2011 dan lebih baik dari pertumbuhan 2016 sebesar 2,4 persen.

Ada 19 miliarder baru di daftar 100 miliarder dunia pada 2017, termasuk Francoise Bettencourt-Meyers bos L'Oreal dan Gautam Adani yang berhasil menggandakan kekayaannya menjadi 14 miliar dolar AS.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement