Selasa 06 Mar 2018 17:12 WIB

Perbankan Diminta Buat Produk Ramah Perempuan

Selama ini, perempuan takut dan ragu untuk berhadapan dengan perbankan.

Rep: Elba Damhuri/ Red: Dwi Murdaningsih
Arief Ismail Direktur BTPN Syariah dan Hendri Saparini pendiri dan Direktur Eksekutif CORE Indonesian, dengan moderator Elba Damhuri yang juga Redaktur Pelaksana Republika Online (ROL).
Foto: ROL
Arief Ismail Direktur BTPN Syariah dan Hendri Saparini pendiri dan Direktur Eksekutif CORE Indonesian, dengan moderator Elba Damhuri yang juga Redaktur Pelaksana Republika Online (ROL).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perbankan diminta menciptakan produk-produk yang mudah diakses oleh perempuan. Anggota Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN) Hendri Saparini mengatakan, perempuan berperan besar dalam ekonomi nasional.  Selama ini, kaum perempuan di daerah-daerah takut dan ragu untuk berhadapan dengan perbankan. Salah satu cara efektif memberdayakan perempuan adalah melalui jasa keuangan, baik perbankan maupun nonperbankan.

Hendri menegaskan, perempuan sangat layak mendapat pembiayaan perbankan. "Kontrol sosial perempuan jauh lebih tinggi dan mereka malu jika tidak membayar kewajibannya," kata dia dalam talk show yang digelar Republika dan Bank BTPN Syariah bertema "Inkluasi Keuangan dan Pemberdayaan Perempuan Melalui Pembiayaan Syariah" di Medan, Selasa (6/3).

Pemberdayaan Perempuan Berdampak Besar Bagi Ekonomi

Direktur Kepatuhan BTPN Syariah Arief Ismail mengatakan, BTPN Syariah telah menjangkau perempuan prasejahtera produktif dengan membuka kesempatan pembiayaan yang lebih besar. Margin yang diberikan pun jauh lebih rendah dibandingkan margin yang ditawarkan tengkulak.

BTPN Syariah, kata dia, memberikan perhatian besar bagi keuangan inklusi, terutama untuk keluarga prasejahtera produktif. Dia mengakui kebanyakan keluarga prasejahtera ini belum terlayani perbankan.

Kebanyakan kelompok prasejahtera ini enggan berhubungan dengan perbankan karena beberapa faktor. Arief menjelaskan, salah satunya terkait dengan persepsi rumitnya syarat pembiayaan, butuh laporan keuangan, dan kolateral. "Kondisi ini yang ingin kita ubah," kata Arief.

BTPN juga membentuk cluster atau kelompok dengan anggota 10-20 perempuan. Modal usaha yang diberikan mulai dari Rp 1,5 juta. Setiap dua pekan, tim pendamping BTPN Syariah mengumpulkan kelompok-kelompok ini untuk membicarakan banyak hal.

Dengan filosofi do good do well, Arief menyatakan, BTPN Syariah tidak hanya memberikan pembiayaan, tetapi juga penadmpingan. Hal ini dilakukan untuk memberikan kesempatan kepada para perempuan di segmen prasejahtera produktif untuk berpartisipasi meningkatkan penghasilan keluarga.

Nasabah diberikan pembelajaran juga tentang empat perilaku unggul, yakni berani berusaha, disiplin, kerja keras, dan saling bantu. "Dampaknya besar karena banyak nasabah yang mulai meningkat taraf hidupnya," kata Arief.

Hingga Desember 2017, total aset BTPN Syariah tercatat Rp 9,1 triliun atau naik 25 persen dari periode yang sama tahun lalu. BTPN Syariah fokus melayani kelompok prasejahtera produktif yang saat ini sudah mencapai 2,9 juta nasabah dengan total pembiayaan Rp 6 triliun. Untuk Sumatra Utara, total pembiayaan Rp 200 miliar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement