Selasa 27 Feb 2018 17:00 WIB

Bulog Indramayu tak Mampu Jangkau Harga Gabah Petani

Harga gabah masih di atas harga fleksibilitas 20 persen HPP.

Rep: Halimatus Sa'diyah/ Red: Nur Aini
Sejumlah pekerja mengeringkan gabah di pelataran penggilingan padi/ilustrasi
Foto: Antara
Sejumlah pekerja mengeringkan gabah di pelataran penggilingan padi/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU -- Bulog Sub Divre Indramayu belum mampu menyerap gabah produksi petani karena harganya yang masih tinggi. Kepala Bulog Sub Divre Indramayu Asep Bukhori menyebut, harga rata-rata gabah kering panen di tingkat petani masih berada di level Rp 5.000 per kilogram.

Sementara, harga maksimal yang mampu dibeli Bulog untuk beras kualitas medium saat ini hanya Rp 4.400 per kilogram. Angka itu merupakan harga fleksibilitas 20 persen dari Harga Pembelian Pemerintah (HPP) yang ditetapkan sebesar Rp 3.700 per kilogram.

"Kita belum mulai serap. Mungkin pertengahan Maret baru bisa, saat panen raya," kata Asep, di Gudang Bulog Tegalgirang, Indramayu, Selasa (27/2).

Bulog Sub Divre Indramayu menargetkan dapat menyerap 89 ribu ton setara gabah sepanjang 2018. Pada 2017, realisasi serapan gabah di Indramayu hanya sekitar 45 ribu ton.

Ketua Umum persatuan pengusaha penggilingan padi dan pengusaha beras Indonesia (Perpadi) Sutarto Alimoeso mengatakan, harga gabah di Provinsi Jawa Barat memang masih tinggi dibandingkan daerah produsen beras lain. Rata-rata harga gabah kering panen di tingkat petani masih Rp 5.000 per kilogram. "Jawa Barat masih mahal karena panennya belakangan," kata dia.

Namun, di sejumlah daerah lain, menurut Sutarto, harga gabah sudah berada di level Rp 4.400-4.500 per kilogram. Dengan kondisi itu, maka hasil produksi petani dapat dibeli Bulog dengan skema harga fleksibilitas 20 persen di atas HPP.

Sementara, harga gabah terendah terpantau berada di Sulawesi Selatan. Saat ini, harga komoditas tersebut sudah turun menjadi Rp 4.000 per kilogram.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement