Sabtu 03 Feb 2018 09:48 WIB

Industri Perawatan Pesawat Tumbuh Sembilan Persen

Industri perawatan pesawat merupakan bisnis yang menjanjikan.

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Budi Raharjo
Teknisi melakukan perawatan pesawat. (ilustrasi)
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Teknisi melakukan perawatan pesawat. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Direktur Jenderal Ketahanan dan Pengembangan Akses Industri Internasional (KPAII) Kemenperin I Gusti Putu Suryawirawan menyampaikan, industri perawatan pesawat dalam negeri mengalami pertumbuhan sebesar sembilan persen pada periode lima tahun terakhir.

Dengan pertumbuhan yang cukup tinggi, maka industri perawatan pesawat merupakan bisnis yang menjanjikan. "Oleh karena itu harus bisa dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya," tutur Putu melalui keterangan pers, Jumat (2/2).

Putu meyampaikan, beberapa bandara yang berpotensi dikembangkan industri ini adalah Bandara Internasional Sultan Hasanuddin Makassar dan Bandara Internasional Frans Kaisiepo Biak (Papua). Keberadaan industri MRO di dua bandara ini cukup penting untuk mengifisienkan biaya perawatan.

Bukan hanya pesawat, MRO ini dapat digunakan untuk perawatan helikopter yang menjadi salah satu transportasi udara utama kawasan Indonesia Timur, ujarnya. Dia menambahkan, langkah yang akan dilakukan pemerintah adalah dengan memfasilitasi serta menginformasikan kepada para investor mengenai potensi bisnis ini di Indonesia. Ada beberapa industri MRO yang telah terintegrasi dengan bandara, seperti di Bintan dan Kertajati, lanjut Putu.

Sebelumnya, Dirjen Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (ILMATE) Kemenperin Harjanto mengungkapkan, potensi bisnis industri perawatan dan perbaikan pesawatdi Indonesia pada tahun 2025 akan mencapai 2,2 miliar dolar AS, naik signifikan dibanding tahun 2016 sebesar 970 juta dolar AS. Hal ini seiring upaya pemerintah yang memacu pengembangan industri jasa penerbangan dalam negeri sejaktahun 2000 sehingga kinerjanya tumbuh dalam satu dekade terakhir.

"Industri MRO kita semakin kompetitif. Saat ini sudah mampu menyediakan berbagai jasa perawatan pesawat, antara lain airframe, instrument, engine, radio, emergency equipment, dan line maintenance," paparnya.

Harjanto menyebutkan, pada tahun 2016, maskapai dunia mengeluarkan dana sebesar 72,81 miliar dolar AS untuk melakukan perawatan pesawat. Dari nilai tersebut, Amerika Utara menjadi penyumbang terbesar yang mencapai 21,2 miliar dolar AS, diikuti Eropa sekitar 20,7 miliar dolar AS dan Asia Pasifik 13,3 miliar dolar AS.

Di tahun 2025, pasar perawatan pesawat di dunia diperkirakan terus meningkat dengan pertumbuhan 3,9 persen sehingga menjadi 106,54 miliar dolar AS. "Asia Pasifik akan mengalami pertumbuhan terbesar, yakni 5,8 persen dibanding Amerika Utara 0,9 persen dan Eropa 2,35 persen," paparnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement