Rabu 24 Jan 2018 21:19 WIB

Kementan Khawatir 'Serangan Fajar' Tengkulak

Dihawatirkan oknum tengkulak ikut memengaruhi serapan gabah di musim panen.

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Andi Nur Aminah
Petani merontokan gabah saat panen padi (ilustrasi)
Foto: Yulius Satria Wijaya/Antara
Petani merontokan gabah saat panen padi (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,  TASIKMALAYA -- Ketua Tim Upaya Khusus Swasembada Padi, Jagung dan Kedelai Provinsi Jawa Barat dari Kementerian Pertanian (Kementan) Banun Harpini mengakui peran oknum tengkulak dalam memainkan harga gabah di pasaran. Bahkan ia pun khawatir oknum tengkulak ikut mempengaruhi serapan gabah dalam musim panen kali ini.

Ia mengatakan Bulog seharusnya mengambil peran pembelian gabah dari petani. Lewat serapan ini, ia ingin harga gabah malah jatuh, khususnya jelang periode panen pada Februari hingga Maret mendatang. Target serapan gabah Bulog diprediksi mencapai hingga 3,7 juta ton.

"Kami tidak ingin dengar ketika puncak panen harga malah jatuh. Panen itu Februari-Maret, kami mulai safari sawah mana saja yang gabahnya diserap Bulog? agar tidak jatuh harga," katanya pada wartawan dalam kunjungan ke Kabupaten Tasikmalaya, Rabu (24/1).

Ia pun mengingatkan petani supaya menjaga komitmen pembelian gabah dengan Bulog. Sebab, ia mensinyalir ada oknum tengkulak yang berusaha mendekati petani agar tak menjual gabah ke Bulog. "Komitmen petani perlu dijaga. Biasanya pindah ke lain hati walau sudah janji sama Bulog. Katakan dibeli Bulog dengan harga Rp 5.500 gabah kering. Ada yang datang 'serangan fajar' sebelum Bulog nanti ditambahin Rp 10 rupiah per kilo. Eh terus malah pindah (jual ke tengkulak, Red)," ujarnya.

Ia menekankan perlunya stok serapan gabah yang dimiliki Bulog. Tujuannya guna menghindari impor beras sekaligus menjaga stok beras nasional. "Makanya kalau tidak ingin impor, pemerintah harus ada stok dari serapan gabah yang disimpan Bulog. Tidak tuntut semua (gabah) disetor ke Bulog, walau kami berharap begitu. Tapi perlu ada kesadaran bersama (jangan semua gabah di jual ke tengkulak, Red)," tuturnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement