REPUBLIKA.CO.ID, MENTAWAI -- Bupati Kepulauan Mentawai, Sumatra Barat Yudas Sabaggalet mengungkapkan mimpinya untuk menjadikan daerahnya sebagai sentra ekspor produk perikanan terbesar di Indonesia bagian barat. Mimpi ini bukan tanpa dasar.
Secara geografis, Mentawai berhadapan langsung dengan Samudra Hindia dan jaraknya menjangkau pelabuhan-pelabuhan besar lainnya, termasuk Tanjung Priok di Jakarta. Tak hanya itu, pembangunan jalan tol Padang-Pekanbaru akan memudahkan pergerakan komoditas melalui jalur darat. Mentawai-Padang sendiri bisa ditempuh selama 3 jam dengan kapal cepat.
Yudas juga mengungkapkan, potensi perikanan di Perairan Mentawai masih banyak yang belum digali. Bahkan menurut perhitungannya, sebanyak 40 ton ikan 'lari' dari Perairan Mentawai lantaran diambil oleh nelayan dari daerah lain. Pemprov Sumbar pernah merilis angka, baru 30 persen potensi perikanan Mentawai yang diperdagangkan.
Demi mewujudkan mimpi sebagai sentra ekspor ikan yang mumpuni, Pemkab Mentawai menggandeng Perum Perikanan Indonesia sebagai mitra perdagangan bagi nelayan. Diharapkan, Perum Perikanan Indonesia mampu menyerap produksi ikan dari nelayan Mentawai. Tak hanya itu, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) juga digandeng untuk memberikan pelatihan, sumbangan kapal, serta kerja sama jual beli ikan kepada nelayan Mentawai.
"Selain pariwisata, perikanan merupakan potensi besar bagi Mentawai. Pembangunan di sektor ini, semoga bisa meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Juga kesejahteraan rakyat," kata Yudas, Kamis (18/1).
Sementara itu, Wakil Gubernur Sumatra Barat Nasrul Abit menyebutkan, potensi perikanan dan kelautan Mentawai yang belum digarap maksimal membuat pihak lain justru meliriknya. Menurutnya, tak heran bila nelayan-nelayan dari daerah lain banyak yang mencari ikan di Perairan Mentawai.
Nasrul menilai, minimnya produksi ikan di Mentawai lantaran industri perikanannya belum terbangun. Hingga saat ini, hasil tangkapan ikan nelayan Mentawai masih harus disetor dulu ke Pelabuhan Bungus di Padang. Hal itu tentu memakan waktu dan biaya bagi nelayan.
Direktur Utama Perum Perikanan Indonesia Risyanto Suanda menambahkan, pihaknya akan totalitas mendukung rencana Pemprov Sumbar dan Pemkab Mentawai dalam membangun industri perikanan. Risyanto mengatakan bahwa pihaknya siap menampung seluruh hasil tangkapan nelayan, apapun jenis ikannya. Menurutnya, sebanyak 10-15 ton produk perikanan bisa diangkut dalam sekali bongkar muat.
Bersamaan dengan rencana pembangunan industri perikanan di Mentawai, Pemprov Sumbar meresmikan pasar ikan higienis di Pulau Sikakap, Kepulauan Mentawai. Keberadaan pasar ikan di Sikakap diharapkan mampu menggenjot hasil tangkapan nelayan, khususnya komoditas ikan tuna, cakalang, lobster, dan kerapu.
Dalam peresmian pasar ikan, pemerintah pusat menyerahkan sejumlah bantuan. Bantuan tersebut berupa 15 unit kapal ikan ukuran 5 grosston (GT), bantuan alat tangkap 15 unit gillnet millenium, 5 unit cold box kapasitas 1 ton, 1 unit mobil pick up pengangkut es, serta pembangunan jalan dan talud pelabuhan sepanjang 40 meter.
Sementara itu, bantuan dari Pemprov Sumbar berupa pembangunan 8 unit rumah nelayan, pembangunan pasar ikan, 1 unit pabrik es kapasitas 15 ton, dan pembangunan jalan serta drainase. Menurut Nasrul, seluruh pembangunan sentra perikanan terpadu akan terhubung dengan jalur Trans-Mentawai yang sedang dibangun. Trans-Mentawai ini terbagi dua, yakni jalur laut dan darat.