REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menjelaskan, Indonesia mengalami surplus beras akibat swasembada beras pada 2016 hingga 2017. Amran mengaku, dengan ketiadaan impor beras selama dua tahun, selama periode tersebut Indonesia menikmati swasembada.
"Dua tahun ini tidak ada impor, tapi tanggal 1 Januari 2018 masih ada beras, kan? Ada di Cipinang, kan? Ada di seluruh toko di Indonesia, kan? Itu adalah produksi di 2017. Berarti surplus, kan? Selesai," ujar Amran di Kantor Kemenko Perekonomian, Jumat (12/1).
Terkait dengan produksi beras, Mentan menjelaskan, musim tanam dimulai seiring dengan awal musim hujan pada Oktober 2017. Ia memprediksi, panen puncak akan terjadi pada Februari 2018. "Oktober itu musim hujan. Umur padi kan tiga bulan. Oktober, November, Desember, Januari lalu panen kan. Insya Allah di Februari masuk panen puncak," ujarnya.
Seperti diketahui, pemerintah akhirnya memutuskan melakukan impor beras khusus dari Thailand dan Vietnam.Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita menjelaskan, beras yang akan diimpor adalah beras kualitas khusus yang tidak ditanam di Indonesia.
Baca juga, Mentan: Impor Beras Wujud Kecintaan Presiden ke Rakyat.
Jenis beras tersebut memiliki spesifikasi bulir patah di bawah lima persen. Meski masuk dalam golongan beras khusus, Enggartiasto memastikan komoditas pangan utama itu akan dijual dengan harga medium.
Pemerintah sendiri telah menunjuk Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI) sebagai perusahaan yang akan melakukan impor.
Keputusan impor diambil karena saat ini tengah terjadi kelangkaan pasokan beras medium yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat kelas menengah ke bawah. Meski pemerintah menyatakan panen masih terjadi, pasokan beras dianggap tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan pangan nasional. Sementara, panen raya diperkirakan baru akan terjadi pada Februari-Maret mendatang.