REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Senin pagi (11/12) bergerak melemah sebesar 20 poin menjadi Rp 13.550 dibandingkan sebelumnya pada posisi Rp 13.530 per dolar AS.
Analis Monex Investindo Futures, Faisyal mengatakan bahwa dolar AS mengalami apresiasi terhadap mayoritas mata uang dunia, termasuk rupiah setelah mendapat sentimen positif dari perilisan data upah non-pertanian (Nonfarm Payroll/NPF) yang optimis.
"Data itu itu semakin memperkuat ekspektasi pasar terhadap kenaikan suku bunga Amerika Serikat dalam pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) pada pekan ini," kata Faisyal di Jakarta, Senin (11/12).
Ia menambahkan ekspektasi kenaikan suku bunga Amerika Serikat pada Desember ini juga membuat permintaan terhadap aset berdenominasi dolar AS meningkat. Selain itu, sentimen mengenai harga minyak mentah yang melemah turut menahan laju mata uang berbasis komoditas seperti rupiah. Harga minyak mentah jenis WTI Crude pada Senin (11/12) pagi ini melemah 0,49 persen ke posisi 57,08 dolar AS per barel. Sementara minyak mentah jenis Brent Crude melemah 0,47 persen ke 63,10 dolar AS per barel.
Sementara itu, analis PT Platon Niaga Berjangka Lukman Leong menambahkan bahwa sentimen mengenai reformasi pajak Amerika Serikat turut memicu pergerakan dolar AS mengalami apresiasi. "Kelanjutan proses reformasi pajak Amerika Serikat cenderung positif meski maih dibayangi perbedaan pendapat antara Senat dan DPR AS," kata Lukman Leong.