Kamis 23 Nov 2017 12:18 WIB

Kebocoran Data Pelanggan Ancam Kerja Sama Uber-SoftBank

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Nidia Zuraya
Aplikasi Uber.
Foto: Mashable
Aplikasi Uber.

REPUBLIKA.CO.ID, TORONTO -- Keterbukaan Uber mengungkap peretasan data pelanggan dan pengemudi mereka mengancam potensi kerja sama Uber dengan SoftBank Jepang.

Uber tengah berusaha melengkapi syarat kerja sama dengan SoftBank Group Corp Jepang yang ingin berinvestasi 10 miliar dolar AS dengan memegang 14 persen saham Uber dari para pemegang saham yang ada. SoftBank bahkan memasang iklan siap membeli saham Uber milik siapa saja. Uber sudah menyampaikan penjajakan kerja sama itu sejak bulan lalu.

Sebuah sumber yang dikutip Reuters, Kamis (23/11) menyatakan, SoftBank tetap pada rencana memiliki saham Uber namun akan meminta syarat lebih baik. SoftBank sendiri belum membuat keputusan final soal itu.

Peretasan data Uber itu, kata sumber tesebut, sebenarnya sudah disadari mantan CEO Uber, Travis Kalanick sejak November 2016 lalu.

Pekan ini, Uber mengungkapkan adanya peretasan data terhadap 50 juta pelanggan dan tujuh juta pengemudi di seluruh dunia selama setahun sejak Oktober 2016. Uber telah memecat oknum internal mereka yang terlibat dengan kasus tersebut.

CEO baru Uber, Dara Khosrowshahi, menyatakan Uber tengah memperbaiki bisnis mereka dan tak akan membiarkan hal serupa terulang. Ia berkomitmen menjadikan Uber lebih baik.

Pasca keterbukaan itu, otoritas Inggris, Australia, dan Filipina menyatakan akan menginvestigasi kebocoran data itu. Pengawas keamanan data privat Kanada juga sudah meminta informasi detil kepada Uber.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement