Rabu 22 Nov 2017 10:37 WIB

Uber Bayar Peretas untuk Hapus Data Pelanggan yang Dicuri

Rep: Silvy Dian Setiawan/Fuji Pratiwi/ Red: Nidia Zuraya
Aplikasi Uber.
Foto: Mashable
Aplikasi Uber.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Para peretas mencuri 57 data pelanggan dan pengemudi Uber Technologies Inc. di seluruh dunia selama setahun ini. Pekan ini, perusahaan penyedia aplikasi transportasi daring itu telah memecat direktur keamanan dan wakilnya akibat menutupi peretasan masif itu dan membayar 100 ribu dolar AS sebagai uang tutup mulut para peretas.

Data yang dicuri meliputi 50 juta pelanggan dan tujuh juta pengemudi termasuk 600 ribu data nomor SIM pengemudi sejak Oktober 2016 lalu. Uber menyatakan, tak ada dara nomor kredit dan data perjalanan yang dicuri.

Saat kejadian itu berlangsung, Uber tengah melobi regulator AS yang hendak menginvestigasi dugaan pelanggaran privasi oleh Uber. Uber lalu malah meminta para peretas tutup mulut dan mengapus data yang mereka curi. Uber yakin data tersebut tidak pernah dipakai dan menolak membuka identitas para peretas.

''Ini tidak seharusnya terjadi dan tidak akan kami biarkan. Kami sedang mengubah cara bisnis kami,'' kata CEO baru Uber, Dara Khosrowshahi seperti dikutip Bloomberg, Rabu (22/11).

Bulan ini, Uber melakukan investigasi internal terhadap Direktur Keamanan Joe Sullivan dan timnya. Mereka kedapatan menggarap proyek melawan hukum.

Para peretas berhasil mengakses laman kodifikasi GitHub yang digunakan Uber. Saat mereka berhasil mencuri data di sana, mereka meminta uang kepada Uber. Otoritas sudah meminta Uber sendiri melaporkan soal itu, namun tidak dilakukan.

Saat kejadian, lanjut Khosrowshahi, Uber sudah mengupayakan pengamanan, membatasi akses, serta menguatkan kendali data akun.

Pasca semua hal terungkap, Khosrowshahi meminta Sullivan mundur dan memecat pengacara senior di Uber yang berkomplot dengan Sullivan, Craig Clark. Uber juga menemukan persoalan lain yang melibatkan Direktur Legal Salle Yoo dan akan segera memberhentikannya. Yoo akan segera digantikan Tony West.

''Apa yang terjadi tidak bisa diubah. Tapi saya yakinkna, Uber berkomitmen jadi lebih baik dan belajar dari kesalahan sebelumnya,'' ungkap Khosrowshahi.

Pasca keterbukaan Uber itu, juru bicara Hakim Agung AS Amy Spitalnick menyatakan Mahkamah Agung AS akan menginvestasi kasus ini.

Apa yang terjadi para Uber terbilang kecil dibanding peretasan yang terjadi beberapa tahun belakangan ini pada Yahoo, MySpace, Target Corp.,Anthem Inc.dan Equifax Inc. Persoalannya, Uber menyembunyikan persoalan yang terjadi pada masa kepemimpinan Travis Kalanick itu.

Sejak beroperasi sejak 2009, Uber kerap dilanda persoalan hukum. Otoritas hukum AS menemukan Uber melakukan suap, pencurian kekayaan intelektual kompetitor dan beberapa persoalan lain. Uber juga harus menghadapi tuntutan hukum dari puluhan pelanggan mereka di AS. Mantan CEO Uber Travis Kalanick juga harus didepak dari Uber akibat sejumlah skandal.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement