REPUBLIKA.CO.ID,SUKABUMI -- Tingkat penyerapan pupuk organik di Kabupaten Sukabumi belum maksimal. Hingga November 2017 ini penyerapan pupuk baru mencapai 60 persen dari kuota yang diberikan.
"Di wilayah Sukabumi penyerapan pupuk organik hanya mencapai 3.000 ton atau 60 persen dari ketentuan pergub, " kata Teguh Hidayat, General Manager Pemasaran PT Pupuk Kujang kepada wartawan di Sukabumi Sabtu (18/11). Hal ini disampaikan dalam acara peluncuran demplot mandiri dengan formulasi pemupukan berimbang di Desa Batununggal, Kecamatan Cibadak, Sukabumi.
Menurut Teguh, kuota pupuk organik untuk Sukabumi mencapai 5.000 ton. Sehingga, ada sekitar 2.000 ton yang belum terserap oleh petani hingga akhir 2017.
Di tingkat provinsi Jawa Barat, penyerapan pupuk organik sampai dengan pertengahan November 2017 hanya mencapai 39 ribu ton atau 77 persen. Jumlah pupuk organik yang disiapkan sesuai ketentuan distan sebanyak 50 ribu ton.
Teguh mengungkapkan, masih belum maksimalnya penyerapan pupuk ini menjadi perhatian Pupuk Kujang. Pasalnya kata dia fungsi pupuk organik mempunyai kelebihnan karena dapat membantu tanah tetap subur. Di sisi lain penggunaan pupuk kimia yang tidak berimbang dapat menyebabkan kerusakan tanah.
Oleh karena itu, pihaknya mendorong penggunaan formula pupuk berimbang 5,3,2 yaitu 500 kilogram pupuk organik (petroganik), 300 kilogram pupuk NPK (phonska) dan 200 kilogram pupuk urea dalam satu hektare sawah.
Penerapannya di Sukabumi dilakukan dengan menggelar kegiatan riung petani dengan para petani di wilayah Kabupaten Sukabumi. Kegiatan tersebut merupakan sosialisasi mengenai tekhnologi pertanian dan pemupukan berimbang kepada kelompok-kelompok tani yang ada di 47 Kecamatan di Kabupaten Sukabumi sekaligus meresmikan program demplot subsidi mandiri pemupukan berimbang.