Rabu 08 Nov 2017 00:28 WIB

Pesantren di Jatim Bersinergi Bentuk Sarekat Bisnis

Rep: Binti Sholikah/ Red: Gita Amanda
 Booth salah satu bank syariah pada ajang pameran Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) 2016 di Surabaya, Kamis (28/10) malam.
Foto: Republika/Yogi Ardhi
Booth salah satu bank syariah pada ajang pameran Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) 2016 di Surabaya, Kamis (28/10) malam.

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Sebanyak 17 pesantren di Jawa Timur (Jatim) bersinergi membentuk koperasi sekunder bernama Sarekat Bisnis Pesantren. Koperasi sekunder tersebut diluncurkan dalam pembukaan Seminar Nasional Membangkitkan Peran Lembaga Keuangan Mikro Berbasis Syariah dalam Pemberdayaan Ekonomi Umat yang merupakan rangkaian kegiatan Indonesia Sharia Economic Festival(ISEF) 2017, di Grand City Convex, Surabaya, Selasa (7/11) lalu.

Pesantren yang tergabung dalam Sarekat Bisnis Pesantren di antaranya, Pesantren Tebuireng Jombang, Pesantren Zainul Hasan Genggong, Pondok Pesantren An Nur 1, Pondok Pesantren An Nur 2, Pesantren Annuqayah Madura, Pesantren Sidogiri, Pesantren Sunan Drajad, Pesantren Nurul Jadid Probolinggo, Pesantren Bahrul Ulum Jombang, dan Pesantren Al Fitrah Surabaya.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Jawa Timur, Difi Ahmad Johansyah, mengatakan, masing-masing pesantren tersebut telah memiliki koperasi syariah. "Nah, kita ingin menyinergikan satu sama lain. Itu butuh suatu bentuk lembaga sendiri," kata Difi kepada wartawan.

Difi menjelaskan, beberapa waktu sebelumnya BI Jatim mengadakan acara temu bisnis pesantren di Pondok Pesantren Gontor. Ide dasar temu bisnis tersebut untuk mempertemukan ruang bisnis antarpesantren.

"Ternyata muncul ide membentuk Sarekat Bisnis Pesantren. Itu ide dari mereka sendiri. Dari Gontor kita matangkan di Surabaya," imbuhnya.

Menurutnya, koperasi sekunder tersebut menjadi semacam forum untuk berkoordinasi bisnis antarpesantren. Misalnya pesantren membutuhkan kebutuhan sehari-hari seperti beras, sabun, dan lainnya para pesantren bisa saling suplai. Sehingga akan terbentuk semangat kolaborasi. "Sebenarnya target utama kita, ya, terus berkembang dan muncul santri-santripreneur yang bisa mengelola bisnis," ujarnya.

Dalam pengembangan sarekat bisnis pesantren, BI berperan sebagai pendamping. Nantinya, BI akan mendatangkan pelatih yang sesuai dengan fokus pengembangan bisnis masing-masing pesantren.

"Saya lebih cenderung bottom up, kebutuhan mereka apa, kita dampingi. Kita juga mengajak pesantren yang lain. Ini forum sangat baik," ucap Difi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement