Senin 06 Nov 2017 15:27 WIB

Bos Indofood tidak Percaya Terjadi Kelesuan Pasar Ritel

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Nidia Zuraya
Konsumen/ilustrasi
Foto: IST
Konsumen/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Asosiasi Emiten Indonesia (AEI) menilai lesunya pasar bukan penyebab melemahnya sektor ritel. Pasalnya, beberapa indikator masih menunjukkan adanya pertumbuhan.

"Saya nggak percaya sama yang selalu dibicarakan kalau market lesu. Kan kita bisa lihat, industri produksinya tumbuh, investasi tumbuh, kok pasar turun katanya," ujar Ketua Umum AEI Franciscus Welirang kepada wartawan di Jakarta, Senin, (6/11).

Pria yang juga menjabat sebagai Direktur PT Indofood Sukses Makmur Tbk ini menegaskan, daya beli tetap tumbuh meski mungkin tidak sesuai ekspektasi. "Yang tadinya diharapkan 10 persen jadinya cuma enam persen, tapi tetap tumbuh," tegasnya.

Lebih lanjut, Franciscus menambahkan, daya beli beli masyarakat di pedesaan juga tidak turun. Faktanya, kata dia, banyak dana masuk ke pedesaan. Dengan begitu pertanian pun tumbuh.

Ia tidak memungkiri, saat ini memang ada perpindahan dari belanja offline ke online sehingga memengaruhi toko ritel. Hanya saja, kata dia, hanya sekitar satu persen yang pindah.

"Anda menemukan fakta itu di mana. Di Jakarta kan? Di Jakarta infrastrukturnya sangat perfect, income per kapita di Jabodetabek juga cukup tinggi. Maka disruption akan terjadi, tapi di luar Jakarta, ada nggak toko ritel tutup?" tutur Franciscus.

Baginya, Indonesia sangat luas dengan 34 provinsi. Maka pergerakan sektor ritel tidak bisa dinilai hanya di Jakarta dan sekitarnya.

"Kesempatan usaha bukan hanya di Jakarta. Indonesia ini gede lho. Jangan dianggap kecil. Coba lihat yang berusaha di Ambon, mungkin untungnya seabrek-abrek. Begitu pula di Kupang, Makasar, dan lainnya," ujarnya.

Franciscus mengimbau, agar daya beli masyarakat bisa terjaga, pengusaha khususnya ritel harus bisa melihat sekaligus membidik segmen yang ingin disasar. Dengan begitu, berbagai produk yang dihadirkan disesuaikan dengan segmennya.

"Jangan dicampur jadi nggak jelas. Saya lihat ada mall yang tidak jelas segmennya mau upper market atau lower market. Tidak bisa di tengah-tengah," tegasnya.

Perubahan zaman, kata dia, terus terjadi. Menurutnya setiap tiga tahun berubah bahkan lebih cepat sehingga perlu terus menyesuaikan.

Sementara itu, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, sepanjang kuartal III 2017, pertumbuhan konsumsi rumah tangga melambat. Hal itu karena hanya tumbuh 4,93 persen, sebelumnya pada periode sama tahun lalu tumbuh hingga 5,01 persen.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement