Jumat 27 Oct 2017 13:46 WIB

Koperasi Besar Dinilai Menyebar Lebih Merata di Indonesia

Rep: Halimatus Sa'diyah/ Red: Nur Aini
Pengunjung sedang berbelanja berbagai kebutuhan di Koperasi EsDeDe yang baru diresmikan Wali Kota Makassar, Mohammad Ramdhan Pomanto
Foto: Istimewa
Pengunjung sedang berbelanja berbagai kebutuhan di Koperasi EsDeDe yang baru diresmikan Wali Kota Makassar, Mohammad Ramdhan Pomanto

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peta sebaran koperasi di Indonesia yang masuk dalam kategori besar lebih merata. Pengamat koperasi Irsyad Muchtar menuturkan, koperasi kini tak hanya didominasi oleh kota-kota besar.

Bahkan, koperasi berkinerja lebih dari Rp 1 triliun telah tumbuh menyebar di kota-kota kecil seperti Kospin Jasa Pekalongan, Jawa Tengah, Koperasi Kredit Lantang Tipo di Sanggau, Kalimantan Barat, Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan Syariah UGT Sidogiri Jawa Timur, Koperasi Warga Semen Gresik Jawa Timur dan KSP Sejahtera Bersama Bogor. Adapun provinsi dengan jumlah koperasi besar terbanyak yakni Jawa Timur.

"Ini menunjukkan koperasi makin profesional," ujar Irsyad, dalam keterangan pers yang diterima Republika.co.id, Jumat (27/10).

Irsyad telah mendokumentasikan hasil pengamatannya terhadap koperasi-koperasi di dalam negeri dalam buku 100 Koperasi Besar Indonesia (KBI) Tahun 2017. Lewat buku tersebut, ia mengungkap adanya peningkatan aset maupun omzet koperasi besar. "Koperasi terbesar malah mampu mencetak aset lebih dari Rp 7 triliun dan omset lebih dari Rp 5 triliun," kata dia.

Adapun parameter yang digunakan untuk menentukan skala sebuah koperasi mengacu pada Peraturan Menteri Koperasi (Permenkop) Nomor 07 Per/M-KUKM/XI 2011. Permenkop ini menyebutkan kriteria koperasi besar adalah memiliki aset minimal Rp 10 miliar, volume usaha atau omzet minimal Rp 50 miliar dan anggota minimal 1.000 orang.

Irsyad mengungkapkan, jika mengacu pada kriteria Permenkop tersebut, jumlah data yang terkumpul malah lebih dari 200 koperasi besar. Karenanya, ia juga mencantumkan tiga lajur koperasi dengan kriteria pertama 100 Koperasi Besar, lajur kedua, 100 Koperasi Progresif dan lajur ketiga, dan 100 Koperasi Potensial.

Namun begitu, Irsyad mengaku sempat merasa kesulitan ketika menggali data koperasi besar secara utuh. Sebab, menurutnya, tidak banyak koperasi yang memahami arti penting sebuah publikasi. "Sejumlah koperasi skala besar malah lebih senang sembunyi dengan berbagai alasan, utamanya berkaitan dengan masalah pajak."

Buku 100 Koperasi Besar Indonesia (KBI) tahun 2017 dijadwalkan akan diluncurkan oleh Menteri Koperasi dan UKM AAGN Puspayoga pada 30 Oktober mendatang. Menteri juga sekaligus akan memberikan penghargaan kepada sejumlah koperasi besar pencetak omset dan aset terbesar, serta CSR dan penerapan teknologi informasi terbaik.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement