REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia melalui surveinya mencatat permintaan kredit pada 13 sektor ekonomi meningkat sepanjang kuartal III 2017, terutama pada sektor pengolahan atau manufaktur, tetapi permintaan pembiayaan pada pertambangan terindikasi masih lesu.
"Indikator Saldo Bersih Tertimbang dalam survei perbankan kuartal III 2017 untuk pengolahan mencapai 70,2 setelah di kuartal sebelumnya hanya 45,7," menurut Survei Perbankan kuartal III 2017 dikutip pada Senin (16/10).
Adapun 13 sektor yang meningkatkan permintaan kreditnya terhadap perbankan, menurut survei itu adalah pertanian, perikanan, pengolahan, listrik (gas dan air), konstruksi, perdangangan besar dan eceran, penyediaan akomodasi (dan penyediaan makan minum), transportasi (pergudangan dan komunikasi). Kemudian real estate, jasa kesehatan (sosial), jasa kemasyarakatan sosial (budaya, hiburan, dan perorangan), badan internasional dan kegiatan lain.
"Sedangkan sektor lain yang permintaan kreditnya menurun adalah sektor pertambangan dan penggalian, dan jasa perorangan yang melayani rumah tangga," tulis BI.
Survei kuartalan tersebut melibatkan 41 responden bank umum yang berkantor pusat di Jakarta, dengan pangsa kredit 80 persen dari total nilai kredit bank umum secara nasional. Sedangkan menurut penggunaannya, penyaluran kredit modal kerja dan konsumsi di kuartal III 2017 masih melambat, sedangkan kredit investasi tumbuh menguat. Indikasi itu tercermin dari SBT kredit investasi yang naik menjadi 69,8 persen dari 40,8 persen di kuartal sebelumnya.
Dari survei itu juga ditemukan perkiraan pertumbuhan penyaluran kredit sebesar 10,6 persen (year on year/yoy) di akhir tahun, masih lebih rendah jika dibandingkan survei sebelumnya yang memperkirakan sebesar 12,4 persen (yoy)