Rabu 04 Oct 2017 13:52 WIB

Pasar di Malang Ini Ramah Ibu Menyusui dan Difabel

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Nur Aini
 Pedagang cabai di pasar tradisional.
Foto: Republika/Prayogi
Pedagang cabai di pasar tradisional.

REPUBLIKA.CO.ID,KUTA -- Citra pasar tradisional di Indonesia yang dulu kotor, penuh sampah, becek, dan bau berubah seiring dengan gencarnya pemerintah membangun dan merevitalisasi pasar rakyat. Salah satu pasar rakyat terbaik nasional yang memanjakan pengunjungnya, hingga ibu menyusui dan kaum difabel adalah Pasar Oro-Oro Dowo di Malang, Jawa Timur.

"Kami menyediakan ruang laktasi bagi ibu menyusui, jalur pembeli yang merupakan kaum difabel, serta rest area yang bisa digunakan bapak-bapak untuk mengasuh anak sembari menunggu istri berbelanja ke pasar," kata Kepala Pasar Oro-Oro Dowo Malang, Endang Sri Sundari dalam Bimbingan Teknis Pengelolaan Pasar Rakyat di Kuta, Rabu (4/10).

Endang menceritakan pedagang pasar yang dahulunya terbiasa membuang sampah sembarangan, pulang dan pergi sesuka hati, dan main kucing-kucingan saat membayar retribusi perlahan berubah seiring dengan pendampingan yang dilakukan pengelola pasar. Pasar Oro-Oro Dowo mendapatkan pendanaan revitalisasi pasar dari Kementerian Perdagangan pada 2015 sebesar tujuh miliar rupiah.

Pasar yang berlokasi di Jalan Guntur ini memiliki rasa modern. Endang mengatakan Pasar Oro-Oro Dowo dilengkapi kamera pemantau (CCTV), zonasi pedagang, larangan merokok, komposter pengelolaan sampah, radio land, hingga troli. "Jadi, walaupun pasar rakyat, pasar kami sangat lengkap," kata Endang.

Endang mengatakan kunci keberhasilan pasar rakyat adalah kekompakan antara pengelola pasar dan pedagang. Pedagang juga perlu dibimbing, terkait cara pengelolaan dagang, menciptakan pasar sehat, pasar bersih, sehingga pengunjung senang. Pasar Oro-Oro Dowo sudah ada sejak zaman kolonial Belanda, 1932. Pasar seluas 3.400 meter per segi ini menampung 251 pedagang di lebih dari 71 kios dan 180 los.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement