Sabtu 16 Sep 2017 17:35 WIB

Digitalisasi Industri TPT Dinilai Tingkatkan Efisiensi

Hartmut Molzhan, ketika menjadi pembicara di ajang ITMF
Foto:

Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Ade Sudrajat mengakui perdagangan dunia sedang menuju kearah perubahan dimana konsumen memegang kontrol secara penuh. Tetapi, itu semua tidak akan meninggalkan basis produksi. 

“Pemain yang bermain di produksi harus dapat menyesuaikan dengan permintaan dari perubahan tersebut seperti less inventory, speet to the market, dan tentunya harus diikuti oleh supply chain yang terintegrasi," katanya.

Director General The International Textile Manufacturers Federation (ITMF) Christian Schindler mengatakan Indonesia adalah negara dengan rantai pasokan tekstil terpadu dari pemintalan hingga garmen. 

"Industri tekstil Indonesia mengalami pertumbuhan yang stabil dalam beberapa tahun terakhir dan berpotensi untuk mempercepat pertumbuhan ini di masa depan dengan memperbaiki lingkungan bisnis untuk investasi dalam dan luar negeri," katanya.

Diungkapkannya, sejak krisis keuangan tahun 2008, dunia telah berubah semakin cepat didorong oleh faktor teknologi, politik dan lingkungan. Teknologi telah mengubah industri tekstil secara mendasar, Industri 4.0 menjadi kenyataan yang jauh lebih cepat dari perkiraan, pola politik mengalami perubahan mendasar (nasionalisme dan proteksionisme), serta tantangan lingkungan lebih terlihat dari sebelumnya," tutupnya.

Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto ketika menjadi pembicara di ajang ini pada Jumat (15/9) memproyeksikan pada  2019 ekspor TPT bisa mencapai US$15 miliar dan mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 3,11 juta orang.

"Kami memperkirakan pada saat itu akan ada penambahan kapasitas produksi sebesar 1.638 ribu ton per tahun dengan nilai investasi Rp81,45 triliun dan penyerapan tenaga kerja sebanyak 424.261 orang. Kita dorong industri TPT nasional  agar segera memanfaatkan teknologi digital seperti 3D printing, automation, dan internet of things sehingga siap menghadapi era Industry 4.0. Upaya transformasi ini diyakini dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas, selain melanjutkan program restrukturisasi mesin dan peralatan," pungkasnya.

Kementrian Perindustrian memperkirakan ekspor industri TPT akan tumbuh rata-rata 11% per tahun. Untuk tahun 2018, dipatok sebesar US$ 13,5 miliar dan tahun 2017 sebesar US$ 12,09 miliar. Di sisi tenaga kerja, pada 2018, diharapkan sektor ini menyerap sekitar 2,95 juta orang dan hingga akhir tahun ini sebanyak 2,73 juta. Saat ini, industri TPT yang beroperasi di Indonesia telah terintegrasi dengan klasifikasi dalam tiga area. Pertama, sektor hulu yang didominasi menghasilkan produk fiber. Kedua, sektor antara, perusahaan-perusahaan yang proses produksinya meliputi spinning, knitting, weaving, dyeing, printing dan finishing. Ketiga, sektor hilir berupa pabrik garmen dan produk tekstil lainnya.

Berdasarkan data United Nations Industrial Development Organization (UNIDO), saat ini Indonesia menduduki peringkat ke-9 di dunia untuk Manufacturing Value Added. Posisi ini sejajar dengan Brazil dan Inggris, bahkan lebih tinggi dari Rusia, Australia, dan negara ASEAN lainnya

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement