Rabu 13 Sep 2017 14:31 WIB

Harga Gabah Naik, Pengusaha Akui Sulit Terapkan HET

Rep: Halimatus Sa'diyah/ Red: Nidia Zuraya
Ilustrasi Harga Eceran Tertinggi (HET) Beras
Foto: Republika/Mardiah
Ilustrasi Harga Eceran Tertinggi (HET) Beras

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum persatuan pengusaha penggilingan padi dan pengusaha beras Indonesia (Perpadi) Sutarto Alimoeso menyebut pengusaha kesulitan mengikuti aturan pemerintah mengenai Harga Eceran Tertinggi (HET) untuk beras. Sebabnya, kata dia, harga gabah dari petani tengah merangkak naik sejak sebulan terakhir.

Menurut Sutarto, naiknya harga di hulu ini terjadi karena musim panen yang telah berakhir dan diperparah dengan kekeringan yang melanda sejumlah daerah. Akibatnya, lahan panen berkurang sehingga pasokan gabah yang tersedia pun lebih sedikit. Hal ini kemudian memicu persaingan di tempat penggilingan yang membuat harga gabah menjadi meningkat.

"Harga gabah yang dijual ke penggilingan sudah di atas Rp 5.000. Banyak yang kesulitan supaya bisa dapat harga Rp 9.450 di tingkat ritel," kata Sutarto, saat dihubungi Republika, Rabu (13/9).

Untuk menyiasatinya, menurut dia, banyak produsen yang lebih memilih untuk memproduksi beras premium dibanding medium. Sebab, HET untuk beras premium masih dapat menutupi ongkos produksi yang dikeluarkan pengusaha penggilingan gabah.

HET untuk beras sendiri telah berlaku sejak 1 September lalu. Penetapan HET, yang bertujuan untuk melindungi konsumen dari gejolak harga ini, dibagi berdasarkan wilayah.

Untuk wilayah Jawa, Lampung, Sumatra Selatan, Bali, Nusa Tenggara Barat dan Sulawesi, HET untuk beras medium ditetapkan Rp 9.450 per kilogram dan beras premium Rp 12.800 per kilogram. Sementara, untuk wilayah Sumatra (kecuali Lampung dan Sumatra Selatan), Nusa Tenggara Timur dan Kalimantan, HET untuk beras medium ditetapkan Rp 9.950 per kilogram dan beras premium Rp 13.300 per kilogram. Adapun untuk wilayah Maluku dan Papua, HET untuk beras medium menjadi Rp 10.250 per kilogram dan beras premium Rp 13.600 per kilogram.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement