REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- PT Saratoga Investama Sedaya Tbk mencatat laba bersih sebesar Rp 2,5 triliun pada semester pertama tahun ini. Dengan total aset yang dikelola mencapai Rp 27 triliun.
Presiden Direktur Saratoga Michael WP Soeryadjaya mengatakan, pencapaian itu didorong oleh pertumbuhan kuat dari perusahaan investasi. Ditambah pendapatan dividen yang terdiversifikasi dan terus meningkat dari beberapa perusahaan investasi.
"Keseluruhan portofolio Saratoga menunjukkan kinerja baik pada semester pertama. Ke depannya Saratoga akan terus mendukung perusahaan investasinya dalam mengembangkan bisnis dan visi strategis mereka," ujar Michael melalui siaran pers, Jumat, (1/9).
Pada semester I 2017, pendapatan dividen meningkat 61 persen menjadi Rp 371 miliar dibandingkan periode sama tahun lalu. Jumlah itu berasal dari PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) sebesar Rp 220 miliar, PT Adaro Energy Tbk (ADRO) sebesar Rp 90 miliar, serta PT Mitra Pinasthika Mustika Tbk (MPMX) sebesar Rp 54 miliar.
Kenaikan harga saham perusahaan investasi, kata Michael, telah berkontribusi sebesar Rp 2 triliun atas pendapatan yang tidak terealisasi. Berkaitan dengan investasi baru dan divestasi pada periode ini, dalam kuartal pertama, Saratoga mendivestasi PT Lintas Marga Sedaya (LMS), operator jalan tol yang mengelola ruas jalan tol Cikopo-Palimanan.
Lalu pada Maret, Saratoga membeli saham PT Deltomed Laboratories melalui anak perusahaan Saratoga yakni PT Saratoga Sentra Business. Sejak tahun lalu perusahaan juga telah meningkatkan investasi di sektor infrastruktur yang berhubungan dengan konsumen. Saratoga berinvestasi pula dalam cold-chain logistics dan kelompok usaha pengelola rumah sakit di 2016.
"Kami percaya, sektor-sektor tersebut memainkan peranan penting di Indonesia di saat ekonomi dan populasi terus bertumbuh. Kami sangat berantusias untuk berperan dalam pertumbuhan sektor ini dan mendukung ekspansi perekonomian Indonesia," tutur Michael.
Direktur Keuangan Saratoga, Jerry Ngo, menambahkan fokus perusahaan adalah terus membangun portofolio yang beragam dan seimbang. Hal itu melalui siklus investasi baru, divestasi dan pertumbuhan perusahaan-perusahaan yang sudah ada.
Kinerja perusahaan investasi di antaranya, di sektor sumber daya alam, PT Adaro Energy Tbk (ADRO) pada kuartal kedua 2017 memproduksi 13,27 million tonnes (Mt) batu bara melalui PT Adaro Indonesia (AI), PT Semesta Centramas (SCM), PT Laskar Semesta Alam (LSA), dan Adaro MetCoal Companies (AMC). Jumlah itu sedikit meningkat dibandingkan 13,23 Mt pada kuartal kedua 2016.
Kemudian, di sektor infrastruktur, PT Medco Power Indonesia (MPI) terhitung mulai 18 Maret 2017 telah memulai operasi komersial unit pertama dari Sarulla Geothermal Power Plant dengan kapasitas total 110 MW. Proyek Sarulla adalah salah satu pembangkit listrik panas bumi terbesar di dunia dengan kapasitas total yang mencapai 330 MW dalam satu kontrak tunggal, terdiri dari tiga fase.
Fase kedua dan fase ketiga dijadwalkan mulai beroperasi secara komersial masing-masing pada akhir tahun 2017 dan pertengahan tahun 2018. Listrik yang dihasilkan dari Sarulla Geothermal Power Plant dijual ke Perusahaan Listrik Negara (PLN) untuk periode waktu 30 tahun berdasarkan PPA.
Selanjutnya, pada sektor konsumer, PT Mitra Pinasthika Mustika Tbk. (MPMX) perusahaan smart mobility Indonesia, membukukan laba bersih yang diatribusikan kepada entitas induk (NPATMI) sebesar Rp 323 Miliar sepanjang semester pertama 2017. Angka itu naik 80 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Hal itu berkat restrukturisasi internal Perseroan dalam mengoptimalkan struktur permodalan dan mendorong pertumbuhan bisnis di seluruh sektor. Divestasi 20 persen saham di MPMFinance turut menghasilkan keuntungan one-off sebesar Rp 107 miliar.